Saat Korban Tragedi 1965 Tanggapi Supersemar

- 11 Maret 2021, 20:57 WIB
Soekarno dan Soeharto
Soekarno dan Soeharto /Pikiran Rakyat/

"Saya yang tahu presis, saya berada di Tangerang sejak tahuh 1971 sampai 1979, sebagai tapol untuk kerja paksa di wilayah ini," ujarnya.

Lanjut Bedjo, ia mengulas dan lokasi persis di mana ia dan kawan-kawannya dipekerjakan secara paksa. Ia menyebutkan, lahan di sebelah Taman Gajah Tunggal, Kota Tangerang dan Mal Tangcity merupakan tempat situs kerja paksa para korban tragedi 1965.

Baca Juga: 10 Daftar Makanan Terbaik dan Sehat untuk Dikonsumsi Oleh Para Wanita

"Di sebelah Taman Gajah namanya Areal 1 seluas 60 Hektar. Selebihnya ada areal yang sekarang berdiri Mal Tangcity itu Areal 2, luasnya 55 Hektar. Totalnya jadi 115 Hektar," terangnya.

Dalam konsep kerja paksa, Bedjo dan tapol lainnya dipaksa mengelola pertanian dan peternakan di Tangerang, tentunya dibawah kepengawasan militer saat itu.

"Ada yang nanam padi, nanam jagung, ketela, sekaligus peternakan ayam, ikan, kerbau, kemudian kambing,” paparnya.

Namun sayang, semua hasil kerja tapol dikuasai oleh militer. Tak ada satu butir beras atau hasil perkebunan dan peternakan dapat dinikmati oleh Bedjo dan kawanan lainnya. Terlebih ia menyebut jika uang yang diberikan untuk konsumsi mereka turut dikorup oleh pengurus kamp tahanan.

“Semua hasil kerja dari tapol, itu dikuasai oleh tentara," sebutnya. "Itu semua dikorup sama tentara, saya masih ingat, saat pertama kali saya masuk, paginya, kami cuma dapat bubur; itu hanya air saja; mirip seperti air tajin [air rendaman beras]," sesalnya.

Akhirnya, demi melangsungkan agenda bertahan hidup, Bedjo dan tapol lainnya terpaksa menyelamatkan asupan protein dengan makanan-makanan yang tidak layak untuk dikonsumsi orang kebanyakan.

Baca Juga: Penjelasan Kemendikbud Terkait Kebijakan Afirmasi dan Poin Bonus Ujian Seleksi ASN PPPK

Halaman:

Editor: Putri Amaliana


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini