Pentingnya Memperhatikan Kualitas dan Masa Ganti Pakaian Dalam Bagi Kesehatan Kulit, Adakah Waktu Terntu ?

- 23 Maret 2021, 17:06 WIB
Ilustrasi/Membersihkan pakaian dalam dengan suhu diatas 140 derajat Fahrenheit akan mampu menghilangkan mikroorganisme yang masih melekat di pakaian.
Ilustrasi/Membersihkan pakaian dalam dengan suhu diatas 140 derajat Fahrenheit akan mampu menghilangkan mikroorganisme yang masih melekat di pakaian. /Pixabay/StockSnap

MEDIA JABODETABEK - Penting bagi setiap individu untuk menjaga kesehatan dan kebersihan dalam kesehariannya.

Termasuk dengan pakaian yang sehari-hari digunakan. Pakar kesehatan menyarankan untuk mengganti pakaian dalam seharinya dan mencuci sebelum memakainya kembali.

Lalu bagaimana terkait dengan mengganti masa pakai pakaian dalam menurut sudut pandang kesehatan, kapankah tiitik optimal ketika harus membuang pakaian dalam lama? 

Baca Juga: Buruna ! Pendaftaran SPAN PTKIN Akan Ditutup Pada Tanggal 27 Maret 

Menurut ginekolog di NYU Langone Health, Taraneh Shirazian jawaban dari kapan harus membuang pakaian dalam lama tidak sesederhana itu.

Dilansir ANTARA dari Health pada 23 Maret 2021, tidak ada bukti medis yang menunjukkan memakai pakaian dalam lama jelas tidak sehat atau merupakan faktor risiko kondisi tertentu.

Tetapi untuk kenyamanan dan mengurangi kemungkinan terjadinya masalah seperti reaksi alergi atau infeksi, maka mengganti pakaian dalam secara teratur menjadi penting.

Baca Juga: NCT DREAM Dikabarkan Akan Comeback dengan Mark, Czennies Berbahagia!

Sebenarnya pakaian dalam tidak memiliki masa tanggal kadaluwarsa, nemun Profesor klinis mikrobiologi dan patologi di NYU School of Medicine mengatakan jika celana dalam tidak berfungsi secara mekanis atau misalnya ada lubang atau karetnya lepas, mungkin saat yang tepat untuk mengganti pakaian dalam.

Shirazian menjelaskan menggunakan pakaian dalam yang using benar-benar dapat menimbulkan masalah kesehatan.

Apabila nantinya terdapat jahitan celana dalam ada yang robek, hal tersebut dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mengakibatkan luka ataupun lecet yang dapat meningkatkan risiko infeksi.

Baca Juga: Tidak Memiliki Izin, Produsen Usaha Beton di Jakarta Selatan Dibongkar Paksa Oleh Satpol PP

Untuk memiliki pakaian dalam yang awet, Anda harus memperhatikan lebih mengenai bahan, pewarna dan bahan kimia yang terdapat pada pakaian dalam tersebut.

Bahan pakaian katun sangat direkomendasikan oleh Shirazian karena tidak membiarkan lembab yang mudah mengakibatkan infeksi.

Selain itu hindari penggunaan kain sintetis seperti nilon dan spandex yang membuat kulit mudah lembap dan tidak mudah kering sehingga dapat mengakibatkan risiko iritasi dan infeksi.

Baca Juga: Klik Link Berikut Untuk Login Tata Cara dan pendaftaran SPAN PTKIN

Perhatikan juga soal potongan kain pada pakaian dalam. Memungkinkan pakaian dalam yang lebih mewah akan berbahan dasar kain yang lebih kaku dan dapat menganggu area selangkangan.

Akibatnya tidak hanya merasa tidak nyaman, namun juga dapat menyebabkan lecet.

Untuk keseharian dianjurkan mengunakan pakaian yang nyaman, lembut dan menyerap lembap untuk berbagai model dan jenis pakaian dalamnya.

Baca Juga: Lirik Lagu M.I.A - Afgan feat Jackson Wang GOT7 Lengkap dengan Terjemahannya

Demi menghindari risiko kesehatan dan membuat pakaian dalam tahan lama, sangat penting memperhatikan cara mencuci pakaian dalam.

Dengan mengikuti petunjuk peawatan pada label pakaian, misalkan pakaian dalam berbahan katun putih, Tierno menyarankan unyuk menambah pemutih pada saat mencuci pakaian dalam.

"Pemutih akan memberantas semua bakteri. Bila celana dalam Anda berwarna, produk lain dapat ditambahkan alih-alih pemutih, misalnya lysol, yang secara efektif membunuh kuman," kata Tierno.

Baca Juga: Polri Luncurkan Tilang Elektronik Nasional di 244 Titik se-Indonesia

Jika pakaian dalam berbahan kain yang lembut seperti sutra atau asetat, gunakanlah alat yang dirancang untuk mencuci bahan halus atau bisa mencuci secara manual dengan tangan. 

Disarankan juga untuk pengeringan harus digantung sampai kering di bawah sinar matahari agar kuman dan bakteri yang tak terlihat mati***

Editor: Ricky Setiawan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini