Kenali Gejala dan Penyebab Epilepsi, Beserta Cara Pengobatannya

- 18 Oktober 2021, 08:00 WIB
Ilustrasi epilepsi, yang disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak.
Ilustrasi epilepsi, yang disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak. /Pixabay.com/geralt

MEDIA JABODETABEK - Epilepsi atau ayan adalah gangguan yang terjadi pada sistem saraf pusat (neurologis) dimana aktivitas otak menjadi tidak normal, menyebabkan kejang dan terkadang kehilangan kesadaran.

Umumnya, epilepsi disebabkan oleh aktivitas abnormal yang ada di otak.

Gejala utama epilepsi adalah kejang berulang. Adapun tanda gejala epilepsi lainnya adalah sebagai berikut.

• Kebingungan sementara.
• Kekakuan tiba-tiba tanpa alasan jelas.
• Gerakan menyentak pada lengan dan kaki yang tak terkendali.
• Gejala psikologis seperti, ketakutan, kecemasan dan deja vu.
• Kehilangan kesadaran.
• Kejang tanpa demam.
• Serangan kedipan tiba-tiba tanpa ada alasan.

Baca Juga: 19 Kata-kata untuk Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Cocok Jadi Caption Instagram

Gejala kejang yang terjadi pada penderita epilepsi beragam. Namun, umumnya dokter mengklasifikasikan kejang menjadi dua yaitu, kejang fokal dan umum, berdasarkan bagaimana dan dimana aktivitas otak abnormal dimulai.

a. Kejang Fokal

Kejang fokal muncul karena adanya aktivitas abnormal yang hanya ada di satu area otak. yang dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Kejang fokal tanpa kehilangan kesadaran

Kejang ini sering disebut sebagai kejang parsial, dimana kejang ini tidak menyebabkan hilangnya kesadaran. tetapi dapat mengubah emosi, beberapa mengalami deja vu.

Kejang ini juga menyebabkan sentakan tak disengaja pada satu bagian tubuh dan gejala sensorik spontan seperti, kesemutan, pusing, dan lampu berkedip.

Baca Juga: Piala Thomas 2020 Milik Indonesia, Mohammad Ahsan : Bangga Jadi Bagian Tim Indonesia

2. Kejang fokal dengan gangguan kesadaran

Sering disebut sebagai kejang kompleks, yang melibatkan perubahan atau hilangnya kesadaran.

Jenis kejang ini membuat penderita merasa seperti berada di dalam mimpi. Selama kejang fokal dengan gangguan kesadaran, penderita tidak dapat merespon lingkungan sekitar.

Dan terus melakukan gerakan yang sama secara berulang-ulang seperti, menggunyah, menggosok-gosokan tangan, menelan, dan berjalan berputar-putar.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Hari ini Senin 18 Oktober 2021, Kesehatan Capricorn Harus Banyak Konsumsi Vitamin

b. Kejang Umum

Kejang yang melibatkan semua area otak disebut kejang umum, yang dibagi menjadi enam, di antaranya:

1. Absen Kejang atau kejang petit mal, biasanya terjadi pada anak-anak. Memiliki ciri selalu menatap ke atas dengan atau tanpa gerakan tubuh yang halus seperti, mengedipkan mata atau menampar bibir yang berlangsung selama 5 hingga 10 detik, sering terjadi 100 kali perhari hingga menyebabkan hilangnya kesadaran.

2. Kejang Tonik, menyebabkan otot kaku pada bagian punggung, lengan, kaki, dan dapat mempengaruhi kesadaran.

3. Kejang Atonik atau kejang drop, menyebabkan hilangnya kontrol otot yang sering terjadi pada kaki, hingga menyebabkan pingsan atau jatuh.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Hari Ini 18 Oktober 2021: Jakbar, Jaksel, dan Jaktim Berpotensi Hujan Disertai Petir dan Angin

4. Kejang Klonik, berhubungan dengan gerakan otot yang menyentak berulang kali atau berirama.

5. Kejang Mioklonik, ditandai dengan kemunculan tiba-tiba sentakan atau kedutan sesaat. Hal ini memengaruhi tubuh bagian atas, lengan, dan kaki.

6. Kejang Tonik-Klonik atau kejang grand mal. Kejang yang dapat menyebabkan hilangnya kesadaran secara tiba-tiba serta tubuh menjadi kaku, berkedut, dan gemetar. sehingga terkadang menyebabkan hilangnya kontrol kandung kemih dan gerakan spontan mengigit lidahnya sendiri.

Baca Juga: 18 Oktober 2021 Jadwal Ganjil Genap Jakarta Hari ini 2 Kali Dalam Sehari

Penyebab 

• Pengaruh Genetik. Para peneliti telah menghubungkan beberapa jenis epilepsi dengan gen tertentu, dan menyatakan. Gen tertentu bisa membuat seseorang lebih sensitif pada situasi lingkungan yang memicu kejang.

• Trauma Kepala, yang diakibatkan dari kecelakaan mobil atau cedera traumatis lain yang dapat menyebabkan epilepsi.

• Kelainan Otak, tumor otak atau malformasi vaskular seperti malformasi arteriovenosa (AVM) dan malformasi kavernosa, dapat menyebabkan epilepsi. Selain itu, stroke juga menjadi penyebab utama epilepsi pada orang dewasa dengan umur sekitar 35 tahun.

• Infeksi, beberapa infeksi parasit seperti, HIV, dan Meningitis dapat menyebabkan epilepsi. 

• Cedera sebelum lahir. Sebelum lahir bayi sensitif terhadap kerusakan otak yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti, infeksi pada ibu, gizi buruk . Kerusakan pada otak dapat memicu epilepsi atau palsi serebral.

• Gangguan perkembangan seperti autisme.

Baca Juga: Setelah 'Puasa' Kemenangan 19 Tahun, Indonesia Juara Thomas Cup 2020, Sandiaga Uno : Terharu dan Bangga Guys!

Cara Pengobatan 

Dokter mungkin akan meresepkan obat antiepilepsi (AED) untuk membantu mencegah kejang. 

Jika obat tersebut tidak bekerja, terdapat beberapa pilihan potensial lainya termasuk pembedahan, stimulasi saraf vagus, atau diet khusus.

a. AED

AED tampaknya dapat membantu mengendalikan kejang pada sekitar 60 hingga 70 persen kasus, jenis kejang yang dimiliki seseorang akan menentukan jenis obat mana yang akan diresepkan oleh dokter. Obat epilepsi meliputi:

• Asam Valproat
• Karbamazepin
• Lamotrigin
• Lavetiracetam

Baca Juga: Hasil Badminton Indonesia vs China, Jonatan Christie Kunci Juara Piala Thomas Cup 2020 untuk Indonesia

b. Melakukan Operasi

Jika obat tidak cukup efektif untuk mengendalikan kejang, dokter dapat mempertimbangkan untuk merekomendasikan operasi epilepsi.

Dalam sebuah studi menemukan bahwa 62 persen orang dewasa dan 50 persen anak-anak yang menderita epilepsi tidak mengalami kejang sekitar 7 tahun setelah melakukan operasi epilepsi. 

Berikut beberapa pilihan operasi dalam mengatasi kejang epilepsi:

• Lobektomi

Dalam prosedur ini, ahli bedah akan mengangkat bagian otak tempat kejang berasal. Ini merupakan jenis operasi epilepsi tertua.

• Transeksi Subpial Multipel

Dalam prosedur ini, ahli bedah akan melakukan pemotongan guna membatasi kejang pada satu bagian otak.

Baca Juga: Mulai 17 Oktober 2021, Kemenag Wajibkan Sertifikasi Halal untuk Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga

• Corpus Callosotomy

Dalam hal ini, ahli bedah akan memotong koneksi saraf antara dua bagian otak. Hal tersebut mencegah kejang menyebar dari satu sisi otak ke sisi lain.

• Hemispherectomy

Dalam kasus yang cukup ekstrim ahli bedah mungkin perlu memotong belahan otak  yang merupakan setengah dari korteks serberal otak.

Bagi sebagian orang, menjalani operasi dapat mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan kejang pada penderita.

Namun, sangat penting untuk terus mengkonsumsi obat anti kejang selama beberapa tahun setelah prosedur operasi dilakukan.

Baca Juga: Resep Udang Asam Pedas ala Chef Arnold, Sausnya Tahan Lama

Adapun pilihan bedah lainya yaitu, pemasangan alat di dada untuk merangsang saraf vagus di leher bagian bawah.

Dimana perangkat akan mengirimkan stimulasi listrik terprogram ke otak untuk membantu mengurangi kejang 

C. Diet

Diet mungkin berperan dalam mengurangi kejang. Sebuah tinjauan penelitian tahun 2014 di jurnal Neurology menunjukan bahwa diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat dapat bermanfaat bagi orang dewasa dan anak-anak yang menderita epilepsi.

Tes Untuk Mendiagnosis Epilepsi

• EEG atau Elektroensefalogram, bertujuan untuk mencari gelombang otak yang abnormal.

Baca Juga: 7 Manfaat Minyak Zaitun Untuk Kesehatan, Salah Satunya Mencerahkan Kulit

• Pemindaian CT dan MRI, untuk mendeteksi adanya tumor atau kelainan struktural lainya.

• Pemindaian MRI fungsional, mampu mengidentifikasikan fungsi otak normal dan abnormal di area tertentu.

• Magnetoencephalogram, dapat mengidentifikasi ketidakteraturan yang ada pada otak menggunakan sinyal magnetik.

Selain itu, dokter juga bisa melakukan tes darah untuk mengidentifikasikan kondisi yang menjadi faktor penyebab epilepsi.

Tes neurologis juga dapat membantu menentukan jenis epilepsi yang dimiliki oleh penderita epilepsi.***

Editor: Nurul Fitriana

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah