Virus Corona Varian Lambda Diklaim Kebal Vaksin? Berikut Uraiannya

- 24 Agustus 2021, 18:41 WIB
Ilustrasi virus Corona.
Ilustrasi virus Corona. /Pixabay/geralt

MEDIA JABODETABEK - Beredar kabar mengenai varian SARS-CoV-2 atau virus Corona Lambda sedang menjadi trending.

Pasalnya, varian ini dikabarkan lebih berbahaya daripada Delta B1617.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya telah mendeteksi varian Lambda di Peru melalu uji sampel pada bulan Desember 2020. Namun, kemunculannya justru terjadi pada tanggal 14 Juni 2021.

Baca Juga: Terjadi Kerumunan, Kegiatan Vaksinasi Batal, Peserta: Belum Divaksin Sudah Dibubarkan

Melansir dari laman News Medical Life Science, sebuah studi baru merinci karakteristik genomik dan keturunan varian yang disebut B1621, yang menunjukkan beberapa substitusi asam amino dalam protein Spike.

Studi yang saat ini diterbitkan dalam jurnal Science melaporkan, B1621 mengenai edisiensi netralisasi oleh antibodi polikonial, transmibilitas dan afinitas peningkatan untuk ACE2.

Diketahui, varian Lambda telah muncul di Kolombia selama Maret hingga April 2021, menandai perubahan garis keturunan dengan beberapa akumulasi mutasi B1621.

Baca Juga: PPKM Diperpanjang Sampai 30 Agustus 2021, Jokowi Tekan Kemenkes Galakan Vaksinasi Hingga 100 Juta Dosis

Anggota dari garis keturunan ini memiliki penyisipan 146N, bersama dengan beberapa substitusi seperti I951, 144T, dan Y145S, di mana semuanya berada di domain terminal-N; R346K, E484K, N501Y (ketiganya di domain pengikatan reseptor, RBD); dan P681H (terakhir ini pada antarmuka S1/S2).

Hasil Studi

Kolombia sementara ini tengah melakukan pemantauan secara rutin untuk varian yang muncul pada Januari 2021 guna pengambilan variant of concern (VOC).

Selama akhir minggu pertama bulan Mei, lebih dari 900 sekuens telah diunggah ke database GISAID. Namun, yang paling banyak masuk adalah dari turunan B1, yang telah menyebar sejak pandemi terjadi.

Baca Juga: Hasil Penelitian Universitas Oxford Menyatakan Vaksin Pfizer Kurang Efektif Lawan Varian Delta

Kantor berita nzherald.co.nz mengabarkan, keberadaan varian Lambda telah membingungkan para ilmuwan WHO setelah menyebar ke 30 negara di seluruh dunia selama empat minggu terakhir.

Pada bulan April 2021, peningkatan angka kasus Covid-19 di Peru disebabkan oleh varian Lambda dengan besaran mencapai 81 persen.

Kebal Vaksin

Profesor Pablo Tsukayama dari Universitas Cayetano mengatakan, strain virus tersebut telah meledak di Peru dan menunjukkan tingkat penularan yang lebih tinggi dari varian lainnya.

Baca Juga: Sudah Peroleh 197 Juta, Indonesia Kedatangan 7,5 Juta Dosis Vaksin Lagi

Pernyataan Pablo juga dipertegas oleh London's Covid-19 Genomics di Welcome Stranger Institute, Jeff Barret.

"Lambda memiliki pola unik dari tujuh mutasi pada protein lonjakan yang digunakan virus untuk menginfeksi sel manusia," kata Barret dikutip Mediajabodetabek.com dari Financial Times pada Selasa, 24 Agustus 2021.

"Para peneliti secara khusus tertarik dengan satu mutasi yang disebut L452Q, yang mirip dengan mutasi L452R untuk berkontribusi pada tingkat penularan yang tinggi dari varian Delta," ujarnya menambahkan.

Baca Juga: Sudah Peroleh 197 Juta, Indonesia Kedatangan 7,5 Juta Dosis Vaksin Lagi

Tak hanya Tsukayama dan Barret, para ilmuwan University of Chile di Santiago mengkhwatirkan varian Lambda. Menurut mereka, efikasi vaksin yang tersedia saat ini tidak dapat menetralkan untaian baru.

"Data kami menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa mutasi yang ada pada protein lonjakan varian Lambda memberikan pelepasan antibodi penawar dan peningkatan infektivitas," kata mereka dalam sebuah laporan tertulis.

Daftar Wilayah Persebaran Varian Lambda

Perlu diketahui, data terakhir yang dirilis GISAID per 23 Agustus 2021 menyatakan, varian Lambda telah terdeteksi di 44 negara seluruh dunia. Berikut adalah daftarnya:

Baca Juga: Jadwal dan Lokasi Mobil Vaksin di Jakarta Selasa 24 Agustus 2021, Lengkap Dengan Jenis Vaksin

Chile, Amerika Serikat, Peru, Ekuador, Meksiko, Spanyol, Argentina, Jerman, Prancis, Kolumbia, Israel, Swiss, Kanada, Belanda, Saint Kitts dan Nevis, Belgia, Britania Raya, Italia, Brazil, India, Denmark, Swedia, Afrika Selatan, Portugal, dan Qatar.

Latvia, Aruba, Bolivia, Uruguay, Australia, Lithuania, Norwegia, Estonia, Rusia, Finlandia, Turki, Bangladesh, Jepang, Filipina, Venezuela, Mayotte, El Salvador, Guatemala, dan Kosta Rika.

Hingga saat ini, Mediajabodetabek.com belum mendapatkan informasi terkait kemunculan varian Lambda di Indonesia.***

Editor: Eria Winda Wahdania

Sumber: WHO nzherald.co.nz News Medical Life Science


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x