5 Kondisi Kesehatan Mental yang Kurang Didiagnosi, Hati-hati Jangan Dibiarkan Saja

19 Juli 2021, 11:13 WIB
Ilustrasi – Kenali Ciri-ciri Gangguan Kesehatan Mental dan Cara Penanganannya. //Pixabay/darksouls1


MEDIA JABODETABEK – Kesadaran kesehatan mental telah menyebar secara signifikan dalam beberapa dekade di Amerika Serikat dan seluruh dunia.

Kelompok kesehatan masyarakat telah memperjelas bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik dan masyarakat juga telah menerima perubahan penting itu.

Kebanyakan orang Amerika mengatakan bahwa mereka menilai kesejahteraan emosional sama seperti kesejahteraan fisik mereka.

Baca Juga: Bebas Beraktivitas Tanpa Swab Lagi Meski Masih Bergejala Anosmia Pasca Isoman, Ini Kata Dokter

Namun ketika mendiagnosis setiap orang yang membutuhkannya dan menghubungkan mereka dengan hati-hati, masih ada jalan panjang yang ditelusuri.

“Menurut World Health Organization (WHO), kurang dari setengah yang menempuh kriteria diagnostik untuk gangguan psikologis diidentifikasi oleh dokter,” kata Mirela Loftus, direktur medis untuk Newport Healthcare di Connecticut, mengatakan kepada Huffpost.

“Masalahnya dengan ini adalah sumber daya tidak dialokasikan dengan benar, dan kondisinya tidak ditangani, sering membuat masalah yang besar di kemudian hari.”

Baca Juga: Jenis Makanan yang Harus Dihindari Selama Menjalani Isolasi Mandiri Karena Covid-19

Beberapa kondisi cenderung sangat kurang terdiagnosis (lebih banyak orang yang memiliki daripada mendapat diagnosis) atau salah diagnosis (diberi tahu sesuatu yang lain). Itu berarti terlalu banyak orang yang terus berjuang sendiri daripada terhubung dengan perawatan yang mereka butuhkan dan pantas dapatkan.

Berikut ini adalah daftar kondisi kesehatan mental yang kurang didiagnosis.

1.Depresi

Depresi mungkin kondisi mental yang paling umum, mempengaruhi 264 juta orang di seluruh dunia, namun para ahli masih memperingatkan ini tidak dikenali dan diremehkan.

Baca Juga: Jangan Sembarangan, Ini Tips Penting saat Gunakan Oksigen di Rumah Bagi Pasien Covid-19

Depresi dapat bervariasi lebih banyak dari orang ke orang. Ada yang ringan, parah atau diantara keduanya. Ini dapat dipicu dengan sumber yang tak terduga, dari dimana Anda tinggal hingga apa makanan Anda, jadi orang-orang tidak selalu mencarinya dalam kehidupan mereka sendiri.

Gejala yang ditunjukkan tidak selalu kesedihan yang terlihat. Contohnya, amarah bisa menjadi yang umum, seperti halnya penyakit fisik yang tidak dapat dijelaskan seperti sakit kepala atau punggung.

Menurut Loftus, depresi yang diwujudkan kelompok lansia berupa defisit memori dan banyak yang akan menerima perawatan untuk demensia daripada depresi.

Baca Juga: Air Kelapa Dipercaya Sembuhkan Covid-19, Begini Penjelasan Dokter

2.Gangguan bipolar

Gangguan bipolar secara umum ditandai oleh perubahan signifikan dalam suasana hati, energi dan tingkatan aktivitas seseorang. Ketiga tanda tersebut dampaknya cukup serius sehingga dapat mengganggu fungsi sehari-hari.

Namun, bagi individu dan dokter kemungkinan besar sulit mengenali gangguan ini karena sering tumpang tindih dengan masalah kesehatan mental lainnya bahkan terlihat sangat mirip.

Menurut National Institute of Mental Health, gejala gangguan bipolar serupa dengan penyakit lainnya, yang dapat menantang penyedia layanan kesehatan untuk membuat diagnosis.

Baca Juga: Waspada Oximeter Palsu, Ini Cara Sederhana Mengetahui Alat Pengukur Saturasi Oksigen yang Asli

Banyak orang yang memiliki gangguan bipolar dengan gangguan mental lain atau kondisi seperti gangguan kecemasan, gangguan penggunaan obat-obatan atau gangguan makan.

3.PTSD

Para ahli terkadang menyebutnya post-traumatic stress disorder (gangguan stress pasca trauma) atau PTSD. Satu alasan PTSD kadang-kadang tidak terdeteksi adalah karena ini terkait dengan orang yang bertugas di militer, yang tentu saja sering berjuang dengan gangguan tersebut. Namun, bukan hanya satu orang yang melakukannya.

Kenyataannya, kondisi kesehatan mental ini terjadi setelah peristiwa yang menyedihkan, seperti bencana alam, kecelakaan serius di jalan, serangan teroris dan penembakan massal. Selain itu, hal ini juga dapat mempengaruhi orang dari segala usia, dari anak-anak hingga orang dewasa.

Baca Juga: Beredar Informasi Konsumsi Vitamin C 1 Gram Setiap 1 Jam, Dokter Tirta : Covid-19 Sembuh Ginjalmu Hancur

4.Gangguan makan

Orang-orang memikirkan gangguan makan secara eksklusif mempengaruhi gadis remaja yang kurus dan putih. Namun, itu artinya mereka terlewat dalam kelompok seperti pria dan lansia.

“Stereotipe tentang siapa yang mengalami gangguan makan dapat berkontribusi pada perbedaan dalam diagnosis dan pengobatan, dengan laki-laki, mereka yang memiliki kelebihan berat badan, orang kulit berwarna, dan yang tidak kaya kemungkinan besar akan tergelincir,” menurut para peneliti dari University of Michigan School of Public Health tahun 2018, terbitlah survei yang menemukan gangguan makan sangat kurang terdiagnosis pada pria dan orang kulit berwarna.

Baca Juga: Saat Bekerja, Minum Kopi yang Baik di Pagi Hari atau Sore ?

“Gangguan makan sering meleset karena kurangnya kesadaran gejala dan serangan berbahaya mereka,” kata Loftus, menambahkan bahwa para ahli secara khusus mewaspadai gangguan makan di kalangan anak muda setelah satu tahun stres dan terisolasi selama pandemi COVID-19.

5.Borderline personality disorder

Borderline personality disorder adalah kondisi kesehatan mental serius yang ditandai oleh pola variasi suasana hari, penggambaran diri dan sifat yang berkelanjutan yang menyebabkan kesulitan yang signifikan dalam fungsi sehari-hari. Meskipun sering tidak jelas, diagnosis gangguan ini juga sering terlewat.

Baca Juga: Tidak Perlu Khawatir dan Panik Beli, Ini Daftar Suplemen Alami yang Disarankan Oleh Dokter Tirta

Menurut National Alliance of Mental Illness, BPD adalah salah satu kondisi kesehatan mental yang paling sering salah didiagnosis, bahkan tidak ada tingkat prevalensi yang akurat bagi kondisi tersebut.

Salah satu alasan gejala BPD sering terlihat sesuatu yang lain, termasuk depresi, kecemasan bahkan gangguan bipolar. Yang lain merupakan stigma, yang menjadi isu bagi orang-orang dengan gangguan kepribadian borderline dan banyak jenis masalah kesehatan lainnya.

Baca Juga: 5 Jenis Makanan dan Buah Penguat Imun, Cocok Dikonsumsi Selama Pandemi Covid-19

Loftus mengatakan, “Banyak orang yang masih memiliki persepsi negatif tentang kondisi kesehatan mental dan gangguan yang mempengaruhi jumlah orang yang berobat. Mereka yang berjuang tidak ingin percaya bahwa mereka memiliki masalah, atau tidak ingin yang lain tahu bahwa mereka memiliki masalah.”

Jika Anda sedang berjuang dengan kesehatan mental Anda, atau mungkin Anda berpikir memiliki salah satu dari kondisi yang umumnya kurang terdiagnosis atau salah didiagnosis, alangkah baiknya hubungi terapis, psikolog, psikiater atau profesional kesehatan mental yang terlatih. ***

Editor: Ricky Setiawan

Sumber: Huffpost

Tags

Terkini

Terpopuler