Dilansir Mediajabodetabek.com dari beberapa sumber, terdapat gejolak perlawanan dari sebagian elemen masyarakat.
Francois Raillon dalam Politik Dan Ideologi Mahasiswa Indonesia: Pembentukan dan Konsolidasi Orde Baru 1966-1974 (1984) mengatakan, kritik yang dituai mahasiswa atas pembangunan TMII ialah keterbatasan dan kemampuan uang negara.
Baca Juga: Penampilan Boy Band TXT di Ellen DeGeneres Show Memberikan Dorongan Global Terbaru
Selain itu, Francois menilai jika mahasiswa di Jakarta dan Bandung membentuk pergerakan dengan nama yang cukup unik, seperti Gerakan Akal Sehat dan Gerakan Penyelamat Uang Rakyat.
Tak hanya mahasiswa, barisan sastrawan pun juga turut tergabung dalam aksi penolakan TMII. Salah satu yang terkenalnya adalah Willibrordus Surendra Broto Rendra.
Baca Juga: 5 Jenis Makanan yang Dapat Meningkatkan Imun Tubuh Selama Menjalankan Ibadah Puasa
Sastrawan yang memiliki julukan panggung W.S. Rendra ini sempat melontarkan protesnya melalui sebuah karya sastra berupa rangkaian sajak.
Hendrik Yuda Wahyu Alek dalam Pemikiran Kritis W.S. Rendra merangkum, ia pernah membuat kumpulan sajak yang bertemakan penolakan terhadap ketimpangan.
Dikatakan, saat itu Rendra mengkritik keras pemerintahan Orde Baru yang sedang menggalakan pembangunan skala nasional, salah satunya TMII.
Artikel Rekomendasi