MEDIA JABODETABEK – Pernahkah Anda merasa mudah marah ketika perut sedang lapar? Fenomena ini rupanya memiliki nama tersendiri, yaitu hangry.
Hangry, atau yang merupakan singkatan dari dua kata hungry dan angry merupakan suatu fenomena kesehatan sekaligus psikologi yang sering dialami orang banyak.
Hangry merupakan suatu fenomena di mana seseorang merasa mudah marah ketika dirinya sedang lapar. Fenomena yang awalnya belum terbukti secara ilmiah ini kini mulai menemukan titik terang.
Baca Juga: Usai Alami Cidera, Marselino Ferdinan Disebut Akan Absen Sampai Berakhirnya AFF U-19 2022
Simak penjelasan lengkap soal fenomena hangry berikut ini.
Mulanya, beberapa asumsi perihal kandungan gizi manusia pernah menjadi dasar penjelasan fenomena hangry.
Terdapat studi kesehatan yang menyatakan bahwa kandungan gula darah yang rendah dapat memicu emosi marah, agresi, dan impulsivitas.
Meski begitu, studi ini tak dapat menjelaskan bahwa kandungan rendah gula darah dapat mengakibatkan berkurangnya kontrol diri manusia.
Tak hanya itu, studi lain juga berpendapat bahwa rasa lapar dapat mengakibatkan manusia memiliki persepsi yang lebih sensitif dan mudah marah.
Lebih lanjut, studi soal peristiwa hangry kemudian dilakukan oleh ahli psikologi sosial dari Universitas Anglia Ruskin bernama Prof. Viren Swami.
Swami mengadakan penelitian dengan mencari tahu kondisi emosional dari 64 orang dewasa berumur 18 sampai 60 tahun. Kondisi emosional ini dicatat oleh masing-masing informan sebanyak lima kali dalam sehari.
Penelitian yang diterbitkan melalui jurnal Plos One ini kemudian menyatakan bahwa kondisi lapar ternyata memiliki hubungan erat dengan situasi emosional manusia.
Baca Juga: Info Terbaru Taman Tebet Eco Park Apakah Sudah Dibuka Lengkap dengan Alternatifnya
Penelitian yang digawangi Swami ini kemudian menyatakan bahwa fenomena hangry benar adanya dan dapat dibuktikan secara psikologis.
“Kerap kali kita sebagai manusia menyadari berbagai perasaan yang kita miliki, tapi tidak dapat menanggulanginya karena tak tahu sebabnya,” terang Swami, dikutip dari The Guardian.
Meski belum terkonfirmasi dari segi kandungan gizi dan metabolisme tubuh manusia, Swami menyatakan bahwa penelitian soal kondisi hangry yang sering dialami ini dapat bermanfaat bagi kehidupan orang banyak.
Menurutnya, berbagai upaya kini dapat dilakukan dalam praktik kehidupan sehari-hari. Swami menyatakan bahwa peningkatan efektivitas belajar anak-anak dapat diusahakan melalui hasil penelitian ini.
Swami mengungkapkan bahwa orang tua sebaiknya tidak membiarkan anaknya pergi ke sekolah tanpa sarapan terlebih dahulu.
Kondisi perut yang kosong sekiranya dapat mengakibatkan rendahnya tingkat konsentrasi pada anak. Situasi belajar pun menjadi tidak efektif.***
Artikel Rekomendasi