Meski demikian, peringatan Hari Kartini selalu dipenuhi dengan acara-acara seremonial dan festival saja, di mana anak perempuan memakai kebaya, sedangkat yang laki-laki memakai beskap atau pakaian adat lainnya.
Namun, mengapa demikian Hari Kartini dirayakan lewat seremonial saja?
Baca Juga: Viral! Seorang Pria Melakukan Pelcehan Dengan Memegang Bokong Wanita yang Sedang Shalat
Hari Kartini di Masa Orde Baru
Lewat penganugerahan gelar pahlawan pada Kartini, Presiden Soekarno memilihnya sebagai wujud perempuan pribumi progresif.
Sejarawan Joost Cotè dalam Kartini: The Complete Writings, 1898–1904 (2014) menerangkan, Kartini merupakan salah satu tokoh perempuan penting dalam penumpasan kolonialisme Belanda di Indonesia.
"Dalam konteks kolonial Jawa, visi Kartini tentang perempuan baru sebagai pendidik sosial, pengasuh generasi baru yang tercerahkan, tidak hanya meresmikan transformasi radikal, peran perempuan tradisional tetapi juga membangun nasionalis dan politik yang signifikan," tulisnya.
Baca Juga: 5 Keutamaan dan Kejaiaban Mebaca Istighfar Selama Menjalani Ibadah Pusa Ramadhan
Namun, saat Soeharto memimpin kudeta yang menggulingkan Presiden Soekarno lewat Gestok 1965, peringatan Hari Kartini dinilai mengalami pergeseran makna.
Cote menggambarkan, rezim Orde Baru coba mengubah identitas Kartini menjadi seorang putri yang keibuan dan jauh dari kata emansipasi.
Artikel Rekomendasi