Kematian Ma Kyal Sin, Dampak Buruk Militerisme di Myanmar

4 Maret 2021, 23:47 WIB
Angel, 19, alias Kyal Sin, berbaju hitam dengan tulisan 'Everithing is Ok', tewas dalam protes anti kudeta di Mandalay, Myanmar 3 Maret 2021 /Tangkap layar Twitter/ @frhnxxzle/

MEDIA JABODETABEK - Ma Kyal Sin, seorang anggota demonstran Pro-Demokrasi (Prodem) asal Myanmar telah gugur di tangan pasukan junta militer Min Aung Hlaing dalam sebuah aksi massa menolak kudeta militer.

Ma Kyal mulai ramai dibicarakan di dunia maya, khususnya Twitter, sebagai salah seorang gadis martir pemberani. Ia tewas dengan luka tembak tepat di kepala.

Kematiannya membuat demonstran Prodem di Myanmar makin marah. Aksi damai yang dilancarkan justru dibalas dengan pendekatan militer oleh pasukan polisi anti huru-hara.

Darah mengucur dari kepala Ma Kyal, tepat di atas Kota Mandalay yang jadi salah satu kota terbesar di Myanmar.

Baca Juga: Ma Kyal, Demonstran Asal Myanmar Tewas Tertembak Oleh Pasukan Junta Militer

Saksi mata mengatakan, saat itu polisi memerintahkan demonstran untuk merunduk agar tidak terkena tembakan.

Namun, polisi menanggapinya dengan peluru tajam yang salah satunya ditembakkan ke kepala gadis dengan kaos bertuliskan 'EVERYTHING'S WILL BE OK' itu.

Dilansir dari laman milik kantor berita The New York Times, teman dekat Ma Kyal Ma Cho Nwe Oo menyebut gadis berusia delapan belas tahun itu sebagai pahlawan negara mereka.

Baca Juga: Presiden Jokowi Berkunjung ke Gedung Baru Kampus Untirta, PSI Banten Ucapkan Terima Kasih

"Dia adalah pahlawan untuk negara kami," sebutnya. "Dengan ikut serta dalam revolusi, generasi muda perempuan kita menunjukkan bahwa kami tidak kalah beraninya dengan laki-laki," ungkapnya.

Meski beresiko, kaum perempuan telah berdiri di garis depan gerakan protes Myanmar, menegur keras para jenderal yang menggulingkan seorang pemimpin sipil perempuan Aung San Suu Kyi. Dikatakan mereka telah menerapkan kembali tatanan patriarki yang telah menindas perempuan selama setengah abad di Myanmar,

Ratusan ribu orang, setiap harinya berkumpul dalam aksi massa, mewakili serikat guru yang mogok, pekerja garmen dan pekerja medis dan semua sektor didominasi oleh perempuan.

Baca Juga: Barcelona Menang 3-0 Atas Sevilla, Keduanya Saling Melontarkan Cuitan Berupa 'Meme'

Kelompok paling muda sering berada di garis depan, di mana pasukan keamanan tampaknya telah memilih mereka. Dua perempuan muda ditembak di kepala dan satu lagi di dekat jantung, tiga peluru mengakhiri hidup mereka.

Asisten Sekertaris Jendral Konfederasi Serikat Buruh Myanmar Ma Sandar mengatakan, kelompoknya tidak akan mengambil langkah mundur dalam demonstrasi melawan kudeta militer ini.

"Kami mungkin kehilangan beberapa pahlawan dalam revolusi ini, darah perempuan kami merah," tuturnya.

Baca Juga: Aurel Hermansyah Sembuh Dari Covid-19, Langsung Survey Gedung Pernikahan

Pendekatan militer yang dilancarkan pasukan junta militer Myanmar sedikitnya telah memakan 54 korban jiwa. Dikatakan militerisme memunculkan brutalitas yang menanggapi massa aksi Prodem dengan cara membunuhnya.

Terlebih tiga orang remaja ikut ditembak mati selama satu bulan terakhir, dan kematian pertama yakni seorang perempuan berusia dua puluh tahun yang ditembak di kepala pada 9 Februari 2021.***

Editor: Ricky Setiawan

Sumber: New York Times

Tags

Terkini

Terpopuler