Memahami Penyakit Mental Bipolar

- 1 Februari 2021, 20:11 WIB
Ilustrasi ODB (orang dengan bipolar)
Ilustrasi ODB (orang dengan bipolar) /pixabay/ Gerd Altmann

MEDIA JABODETABEK- Pernah menjumpai seseorang dengan perubahan suasana hati yang drastis, dari teramat senang tiba-tiba menjadi teramat sedih atau sebaliknya? Pasti, awalnya Anda terkejut! Tapi, bukan berarti Anda harus menjauhinya, justru mari kita pahami bersama gangguan mental bernama Bipolar.

Apa itu Bipolar? 

Seorang Psikiater, Dr. Yenny. DP, Sp.KJ mengatakan bahwa bipolar adalah gangguan mood yang kronis dan berat bersifat episodik dan ditandai gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, hingga campuran.

Bicara soal episode manik/mania ini, lanjut Dr. Yenny, seseorang itu mengalami mood elasi, ekspansif, dan iritabel. Lalu, ada pula tiga gejala menetap, di antaranya grandiositas, berkurangnya kebutuhan tidur, bicara cepat dan banyak, memiliki banyak gagasan, perhatian mudah teralih, peningkatan sosial, hiperaktivitas psikomotor, tindakan sembrono seperti mengebut, boros, investasi tanpa perhitungan matang.

Baca Juga: Naive Subject Picu Munculnya Penyakit Mematikan

“Para penderita hipomania ini derajatnya lebih ringan dari mania. Agak sulit didiagnosa karena pasien memiliki kreativitas dan produktivitas yang tinggi. Memiliki perasaan sejahtera yang mencolok, keakraban berlebihan, banyak bercakap dan bergaul, terjadi peningkatan energi seksual, hingga konsentrasi terganggu dan cenderung sulit duduk tenang,” ungkap Dr. yenny

Kemudian, Dr. Yenny menjelaskan bahwa ODB (Orang Dengan Bipolar) ini mengalami fase depresi. “Terlihat dari mood depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi, mudah lelah, dan aktivitas berkurang. Konsentrasi  dan percaya diri berkurang, timbul rasa bersalah, madesu, muncul ide bunuh diri, tidur terganggu hingga nafsu makan berkurang,” imbuhnya.

Penyebab Bipolar

Menurut Dr. Yenny, faktor genetik turut memengaruhi ODB. Seperti halnya, 50 persen pasien gangguan bipolar (GP) yang memiliki satu orang tua dengan gangguan mood, hal yang sering muncul adalah depresi berat.

Baca Juga: Ubi Ungu Ternyata Punya Kandungan Antioksidan yang Kuat

“Satu orang tua dengan GP kurang lebih 25 persen, anak dapat menderita gangguan mental. Hal sama pula terjadi bila kedua orang tua dengan GP sebanyak kurang lebih 50-75 persen,” kata dokter kelahiran 8 Maret ini.

Selain faktor genetik, ada pula faktor lain yang memengaruhi ODB. “Terdapat perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita bipolar pada pemeriksaan MRI dan PET,” tambahnya.

Terlihat pula, sambung Dr. Yenny, sindroma psikotik, yakni halusinasi, misalnya mencium bau menyan, mendengar bisikan, seakan kulit diusap atau lidah merasakan rasa tertentu. Ada pula waham, dimana ODB ini menyakini sesuatu itu benar padahal bagi banyak orang itu tidak benar, contohnya Prince Charles akan mempersunting dirinya, dan sebagainya. 

Menangani Bipolar

Dokter Yenny mengutarakan bahwa Bipolar ini mesti ditangani. Ia mengatakan ada empat penatalaksanaannya, yaitu penentuan kegawatdaruratan, rawat inap, rawat jalan, hingga penggunaan obat-obatan (farmakoterapi).

“Tentu saja, dilihat dulu episode dan keparahannya, misalnya perilaku bunuh diri pada episode depresi yang ekstrem. Bila membahayakan diri sendiri dan orang lain, ODB mesti dirawat. Sedangkan, rawat jalan dilakukan dengan tujuan memonitor pemberian obat, membangun perkumpulan orang yang peduli, dan edukasi. Selain itu, ada pula penggunaan obat-obatan bagi pasien, seperti lithium, valproat, anti psikotik, anti depresan, dan anti anxietas,” imbuhnya.***

Editor: Naja Nuroni


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah