MEDIA JABODETABEK – Ada banyak penyakit berat yang dapat menyerang tubuh seseorang. Salah satu penyakit tersebut ialah stroke.
Stroke merupakan penyakit yang disebabkan oleh kurangnya aliran darah otak ke daerah otak tertentu, sehingga menyebabkan gangguan pada sistem saraf.
Penyebab stroke terbagi menjadi dua, yakni sumbatan atau stroke iskemik, dan juga pendarahan atau stroke hemoragik.
Baca Juga: 9 Resep Bahagia ala Gita Savitri Devi yang Bisa Menginspirasi Kamu Jadi Versi Terbaik Diri Sendiri
Dilansir Mediajabodetabek.com dari ANTARA, berdasarkan data Golden Burden of Disease pada tahun 2016 yang baru diterbitkan pada tahun 2019 mengatakan bahwa empat orang terindikasi akan menderita penyakit stroke dalam kehidupan mereka.
Bahkan setiap tahun terdapat sekitar 9,6 juta penderita stroke iskemik dan 4,1 juta penderita stroke hemoragik.
Dan akan berkembang di negara yang memiliki penghasilan menengah dan rendah.
Baca Juga: Jadwal Terbaru Perjalanan Kereta Api Indonesia Bulan November 2021
WHO juga memperkirakan setiap tahun di seluruh dunia terjadi sekitar 15 juta kasus stroke terjadi. Seperti di USA yaitu terdapat 795 ribu kasus terjadi setiap tahun.
Di Indonesia sendiri, sesuai dengan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, stroke mengalami prevalensi sebesar 12,1 per 1000 penduduk.
Dengan kasus tertinggi dialami oleh Provinsi Kalimatan Timur yaitu sekitar 14,7 per mil.
Baca Juga: Ini Dia Daftar Lengkap HP Android dan iOS yang Tak Bisa Pakai WhatsApp Lagi Mulai Hari Ini
Stroke iskemik menjadi stroke tertinggi dengan mencapai 87 persen, Hal ini disebabkan oleh berkurang atau berhentinya aliran darah di pembuluh darah arteri ke otak.
Ada beberapa hal yang harus diketahui dari penyakit stroke:
1. Penyebab
Ada banyak penyebab dari penyakit ini. Pertama, penyakit pembuluh darah arteri dengan ditandai penumpukan lemak di dinding pembuluh darah atau aterosklerosis.
Kedua, sumbatan pembuluh darah arteri di jantung yang disebabkan oleh benda asing seperti pembekuan darah ataupun gelembung udara.
Ketiga, penyakit pembuluh darah kecil. Dan terakhir, penyakit arteri lain seperti sistem aliran darah, diseksi, dan sebagainya.
2. Faktor Resiko
Beragam faktor yang menyebabkan resiko terjadinya penyakit stroke.
Baca Juga: Tidak Ingin Menjadi Perempuan Yang Mudah Diremehkan Orang Lain ? Ini Caranya
Seperti usia diatas 60 tahun, jenis kelamin pria, ras Afrika-Amerika, hipertensi, faktor riwayat keluarga, penyalahgunaan obat, dan masih banyak hal lainnya.
Namun tak selamanya faktor tersebut dapat dikendalikan, karena ada beberapa faktor yang sudah ditakdirkan.
3. Potret Klinis
Stroke iskemik memiliki beberapa gejala yang mendadak. Bahkan beberapa diantaranya tidak diketahui secara pasti.
Sehingga memicu keluhan-keluhan lain yang terjadi, seperti kelemahan kaki dan tangan, gangguan pemahaman, kapasitas mental, lumpuh, mati rasa, dan sebagainya.
4. Deteksi Cepat
Ada cara mudah untuk mengenali gejala stroke, yaitu dengan menggunakan metode FAST yakni Face, Arms, Speech, Time.
Cara lainnya ialah dengan menggunakan kuesioner NIHSS (National Institutes of Health Stroke Scale) dan bermanfaat menilai gangguan saraf pada penyakit stroke dan menentukan terapi yang dapat digunakan.
Metode CT Scan juga dapat menentukan untuk membedakan penyakit stroke iskemik dan hemoragik.
Baca Juga: Jon Bon Jovi dan Bryan Adams Dinyatakan Positif Covid-19, Konsernya Terpaksa Batal
5. Solusi
Apabila tidak ada kontraindiksi, dokter akan memberikan terapi trombolitik intravena dengan recombinant tissue plasminogen activator setelah tiga jam pertama saat gejala stroke datang.
Sedangkan untuk penderita stroke hemoragik harus segera dibaca ke ICU agar ditangani langsung oleh tim media.
Namun hingga saat ini belum ada cukup bukti untuk menggunakan terapi tersebut.
Tetapi pengembangan tdan eksperimen dari terapi ini dapat membantu mengurangi beban resiko stroke, serta meningkatkan autoimun pada individu.***