Meski Berusia 363 Tahun, Al Quran yang Ada di Majalengka Ini Belum Rusak

- 13 April 2021, 11:47 WIB
Al Qur’an berusia 363 tahun yang di tulis tangan. /Pikiran Rakyat/Tati
Al Qur’an berusia 363 tahun yang di tulis tangan. /Pikiran Rakyat/Tati /

MEDIA JABODETABEK – Al Quran sebagai Kalamullah memiliki mekujizat tersendiri, selain mendapatkan amal bagi yang membacanya juga bisa sebagai penyembuh penyakit dari segala penyakit.

Bahkan kekuatan kitab suci Al Quran ditunjukan oleh Allah subhanahu Wata'ala dari fisik Al Quran.

Meski Al Quran sudah berusia ratusan bahkan ribuan tahun, namun Al Quran tidak mudah rusak terlebih jika sering dibaca, itulah kehendak Allah Subhanahu Wata'ala.

Baca Juga: Tanggapi Hastag GerakanMuteMassal yang Trending di Twitter, Valentino Simanjuntak: Ramaikan!

Seperti sebuah Al Quran yang berada di Majalengka Jawa Barat ini, meski sudah berusia 363 tahun namun masih utuh.

Peninggalan bersejarah tersebut masih tersimpan secara utuh di rumah Ridwanuddin di Blok Pesantren, Desa Pageraji, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka. Al Quran tersebut hanya dibuka satu tahun sekali oleh pemiliknya 

Al Qur'an yang berusia  ratusan tahun ini ditulis dengan tangan pada kulit kayu dan diperlihatkan hanya saat haul di makam di Pageraji.

Baca Juga: Tarawih 1 Ramadhan 1442 H, Masjid Istiqlal Hanya Terisi Seperlima Bagian dari Total Tapasitas

Kitab suci tersebut ditulis oleh  KH TB. Lathifoedin, Tahun 1658, yang berasal dari Desa Pegeraji, Maja, Madjalengka.

Terbuat dari kulit hewan berwarna cokelat dengan Panjang 35,5 cm dan lebar 24 cm. selain itu Al Qur’an yang ditulis oleh KH TB Lathifoedin memiliki lebar 24 cm, ketebalan bagian isi 6 cm jika ditambah jilid menjadi 7 cm.

Untuk berapa jumlah halaman yang dimiliki Al Qur'an tersebut belum diketahui secara pasti oleh Ridwanuddin.

Baca Juga: Hastag Gerakan Mute Massal Terkait Valentino Simanjuntak, Trending Topic di Twitter

Walaupun terlihat sudah mulai rusak, robek-robek namun Ketika dipegang  serat Al Qur’an masih cukup kuat.

Beberapa bagian halaman masih utuh demikian dengan tulisan arabnya yang dilengkapi dengan terjemahan dengan huruf arab, kejawen, namun saja terjemahannya sulit untuk dibaca karena mulai kusam karena beberapa bagian ada yang terlipat.

Berbagai warna tinta juga ditemukan dalam Al Qur’an bersejarah ini, ada tinta hitam dan merah yang konon katanya terbuat dari alam.

Baca Juga: Lirik Lagu 'Tenang' Video Musik Terbaru Yura Yunita, Bercerita Dari Kegalauan Hatinya

Beberapa halaman nyatanya sudah diganti dengan menggunakan kertas tebal seperti kanvas dan kertas daluang yang penggantiannya dilakukan di Cirebon yang tidak diketahui kapan diganti.

Hal serupa juga dilakukan pada bagian jilid yang terbuat dari kulit sudah berganti.

Pada Al Qur’an ini dapat terlihat utuh kembali tulisannya dimulai dari ayat 122, tidak diketahui halaman berapanya karena sang penulis tidak mencantumkan angka di setiap lembar atau daftar halamannya.

Baca Juga: Lirik Lagu Marhaban Ya Ramadhan dari Bulan Sutena yang Viral di TikTok

Ridwanuddin mengatakan bahwa Al Qur'an tersebut dipegang secara turun temurun dan dirinya merupakan orang ketujuh dari pembuat Qur'an TB Lathiefoedin.

“Saya inget Al Qur’an ini sebelum dipegang saya oleh kekek dulu Aki Manaf, setelah itu sempat dipegang almarhum Ua Muhtak kaka dari orang tua saya, begitu meninggal dipegang ayahnya KH Syarifuddin. Pada Tahun 2013 baru saya pegang,” kata Ridwanuddin yang pernah menjabat kuwu di periode 2012-2018

Ia juga mengatakan Al Qur'an tersebut hanya bisa dibaca setahun sekali pada saat haul di bulan syawal minggu terakhir dan hanya membaca surat Yasin.

Baca Juga: Anies Baswedan Prioritaskan Ibadah Ramadhan di Rumah

Tak hanya Al Qur’an yang menjadi peninggalan KH TB Lathifoedin, terdapat juga pedang, keris, tombak dan beberapa peralatan semacam alat perang.

Namun beberapa benda pusaka sebagian hilang, sebagian ada yang meminjam namun tidak dikembalikan, ada pula yang rusak gagangnya hingga hilang,

“Dulu banyak benda pusaka, diikat hingga tidak bisa dipegang dua tangan saking ikatannya besar, sekarang banyak yang hilang, dan dipinjam tidak kembali,” ucap Ridwanuddin.

Baca Juga: Rosa, Ingin Ngundang Guru Ngaji untuk Tadarus Qur’an

Semua benda pusaka termasuk Al Qur'an kini hanya dipelihara dengan seadanya.

Al Qur’an hanya dibungkus kain dan disimpan di lemari paling atas demi menghindari serangan rayap dan serangga yang bisa merusak Al Qur’an.

Sangat disayangkan tidak adanya cara pemeliharaan lain selain itu untuk menghindari kerusakan.

Ridwanuddin hanya beringin suatu saat pemerintah megnathui apa yang kini dipegang dan dipeliharanya serta dicatat sebagai benda pusaka yang perlu dipelihara dan menjadi kekayaan budaya.

Artikel ini sudah tayang di Pikrian-Rakyat.com dangan judul : Dibuka Setahun Sekali, Al-Qur'an Berusia 363 Tahun di Majalengka Jawa Barat Masih Utuh.***

Editor: Ricky Setiawan

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini