Dampak Pandemi COVID-19, Sekitar 2.000 Pengrajin Tangan Suku Badui Kehilangan Mata Pencaharian

- 22 Maret 2021, 03:39 WIB
Sebanyak 2.000 pelaku usaha micro, kecil dan menengah (UMKM) masyarakat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak gulung tikar akibat pandemi virus corona atau Covid--19.
Sebanyak 2.000 pelaku usaha micro, kecil dan menengah (UMKM) masyarakat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak gulung tikar akibat pandemi virus corona atau Covid--19. /- Foto: ANTARA

MEDIA JABODETABEK – Semenjak awal pandemi COVID-19 yang terjadi hampir lebih dari setahun yang lalu, banyak sekali dampak yang terjadi. Salah satunya dari sektor pariwisata, banyak sekali pariwisata di seluruh dunia termasuk Indonesia yang menutup banyak destinasi agar virus COVID-19 tidak semakin menyebar luas.

Sebelum pandemi, kawasan wisata Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten menjadi destinasi favorit masyarakat Indonesia. Sayangnya sehubung dengan bulan Kawalu dan terdampak COVID-19.

 Baca Juga: Masyarakat Anti Korupsi Serahkan Sejumlah Data Pendukung Dugaan Korupsi Pengadaan Lahan di Cipayung

"Sepinya wisatawan itu tentu omzet pendapatan menurun drastis hingga 95 persen," ucap Yanti (40), seorang pedagang kerajinan produk masyarakat Badui di Kampung Kadu Ketug, Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Sabtu 20 Maret 2021.

Akibat dari pandemic ini masyarakat Badui yang memiliki usaha aneka pengrajin merasa terpukul yang disebabkan oleh menurunnya pendapatan secara drastis, apalagi disaat seperti ini terkadang sewaktu dalam sehari tidak ada yang membeli.

 Baca Juga: Pengembangan Kasus Gratifikasi Pemprov Jabar, Penyidik Temukan Bukti Baru

Namun hal ini tidak membuat mereka menyerah, meski tidak ada yang membeli mereka masih percaya untuk berjualan menunggu konsumen datang. Biasanya mereka memajang dagangan mereka di depan rumah mereka.

"Kami saat ini omzet pendapatan menurun drastis dibandingkan sebelum Kawalu dan pandemi COVID-19," keluh Yanti tanpa menyebut pendapatan keuntungannya per bulan.

 Baca Juga: Bukan Penyakit, Kenali Fakta Tentang “Down Syndrome”

Halaman:

Editor: Yesa Novianti Putri Ashari

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah