MEDIA JABODETABEK - 30 September merupakan salah satu tanggal penting di Indonesia. Sejumlah pihak merayakannya sebagai momentum heroik Angkatan Darat (TNI-AD), namun sebagian lainnya menganggap itu sebagai tragedi kemanusiaan 1965.
Momentum yang disebut Gerakan 30 September (G30S) itu masih mengalami pertentangan hingga saat ini, khususnya terkait kebenaran dan fakta mengenai siapa pelaku dibalik itu.
Presiden keempat RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) justru melahirkan sebuah pernyataan yang terbilang kontroversial setelah 32 tahun masyarakat Indonesia di bawah kepemimpinan diktator anti-komunis, yakni Soeharto.
Baca Juga: Ada Apa Dengan Tanggal 30 September dan Ada Peristiwa Apa Saja ?
Menurutnya, tragedi tersebut telah didistorsi rezim Orde Baru (Orba) untuk membangun masyarakat anti-komunis, terhitung sejak 30 September 1965.
Sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode tahun 1984-2000, Gus Dur mengakui kesalahan besar yang telah dilakukan oleh bangsa sepanjang sejarah perkembangan Indonesia.
"Saya pikir AD kemudian mempersiapkan bangsa ini untuk melawan komunisme dengan menimpakan semua kesalahan pada komunis," ujarnya dalam sebuah film dokumenter Mass Grave, dikutip Mediajabodetabek.com pada Kamis, 30 September 2021.
Oleh sebab itu, lanjut Gus Dur, sekitar 500 ribu orang dibunuh selama perburuan komunis di seluruh wilayah Indonesia. Ia juga menyebut organisasi yang dipimpinnya, NU, juga terlibat dalam upaya pembantaian itu, khususnya dalam menstigma masyarakat.
"Orang-orang NU dan banyak yang lain, termasuk NU beranggapan bahwa komunis adalah pelaku dari kudeta 1965," sebutnya.
Artikel Rekomendasi