17 Tahun Impunitas: Puisi Persembahan Gus Mus untuk Munir

- 7 September 2021, 20:09 WIB
Demonstrasi pembunuhan Munir.
Demonstrasi pembunuhan Munir. /Gilang Andaruseto Prabowo/Tangkapan Layar

MEDIA JABODETABEK - Peristiwa pembunuhan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Munir Said Thalib telah memasuki usianya yang ke-17 pada Selasa, 7 September 2021.

Hingga saat ini, para pelakunya masih melanggengkan impunitas dan masih mengisi kursi-kursi di pemerintahan.

Kabar baik mengenai kasus ini adalah Komnas HAM telah merencanakan pembentukan tim ad hoc guna penyelesaian kasus Munir.

Baca Juga: Komnas HAM Akan Bawa Kasus Pembunuhan Munir ke Peradilan Ad Hoc

Terlebih, mereka juga telah mengusung penetapan hari Perlindungan Pembela HAM Nasional, bertepatan dengan tanggal pembunuhannya, yakni 7 September 2004.

Di sisi lain, Budayawan dan Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) KH Ahmad Mustofa Bisri alias Gus Mus pernah membuat sepucuk karya sastra berupa puisi bertajuk "Munir". Ia mengenangnya dalam lantunan syair.

Berikut teksnya sebagaimana dilansir Mediajabodetabek.com dari dokumen Museum HAM Munir:

Baca Juga: Akademisi dan Civil Society Setuju Kasus Pembunuhan Munir Dikategorikan Sebagai Pelanggaran HAM Berat

Munir

Munir saja namamu
Sederhana

Namun mempunyai makna menyinari

Di masa kesederhanaan diabaikan
Kau membuktikan kekuatannya yang elegan
Di masa para pengecut berlindung pada arogansi kekuasaan
Kau tampil hampir sendirian melawan kelaliman

Bagaikan pahlawan dongeng yang menjelajah padang
Mendaki gunung menuruni jurang
Melawan para penjahat yang sewenang-wenang
Dengan berani dan penuh kasih sayang
Kau bela kaum yang lemah dan terbuang

Di tengah-tengah kemewahan yang pongah
Kesederhanaanmu pun menjadi mewah
Kemewahan yang dipamerkan
Oara pecundang pun menjadi menggelikan

Di tengah-tengah kekerdilan membungkus diri
dengan kekerasan dan rasa benci
Kebesaranmu mengibarkan cinta kemanusiaan sejati

Di tengah-tengah kepengecutan yang kehilangan akal
Keberanianmu pun menjadi anggun dan sakral

Tak ada yang dapat membendung dan menghentikanmu
kecuali Yang Mahakuasa, Tuhan dan Sumber kekuatanmu

Bila iman adalah engkau maka benarlah kata kiai
Iman menjaga kemanusiaan dan nurani
Tapi mengapa kau dijemput telalu pagi
Mungkinkah pohon yang kau rawat selama ini akan bersemi?

Ramadan 1425/Oktober 2004. ***

Editor: Eria Winda Wahdania


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x