MEDIA JABODETABEK - Sekertaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan, pihaknya sedang serius menangani kasus rasisme terhadap imigran Asia di Amerika Serikat (AS) selama pandemi COVID-19 pada Senin, 23 Maret 2021.
Sementara itu, pernyataan PBB tidak memilih negara mana pun. Penanganan rasisme terhadap orang Asia itu muncul setelah tragedi penembakan di Atlanta pada awal bulan Maret, yang menewaskan delapan orang, enam di antaranya perempuan Asia-Amerika.
Kasus penembakan tersebut dinilai memicu ketakutan bagi mereka yang berada di lingkup komunitas Asia-Amerika, Kepulauan Pasifik.
Tak hanya itu, kasus rasisme yang menimpa orang Asia dikatakan meningkat sejak Maret 2020, terlebih saat mantan Presiden AS Donald Trump menyebut SARS-CoV-2 atau Corona sebagai virus Cina.
Kejadian tersebut ditanggapi Juru Bicara PBB Farhan Haq. Kasus rasisme yang terjadi dikatakan telah memicu kekerasan dalam berbagai bentuk, seperti diskriminasi, pelecehan seksual, dan ujaran kebencian berbasis digital.
“Dunia telah menyaksikan serangan mematikan yang mengerikan, pelecehan verbal dan fisik, intimidasi di sekolah, diskriminasi di tempat kerja, hasutan untuk kebencian di media dan platform media sosial, dan bahasa yang menghasut oleh mereka yang memiliki posisi berkuasa,” katanya dikutip Mediajabodetabek.com dari Reuters pada Selasa, 23 Maret 2021.
Baca Juga: Erick Thohir dan Anindya Bakrie Membeli Klub Sepak Bola Inggris Oxford United
Lanjut Farhan, perempuan Asia di beberapa negara lebih sering dijadikan obyek kekerasan atas tindakan rasisme dari para pelaku kebencian.
Artikel Rekomendasi