Sejarah Panjang Crop Top, Pakaian yang Saat Ini Sedang Lazim di Indonesia

- 6 Juli 2022, 20:13 WIB
Sejarah Panjang Crop Top
Sejarah Panjang Crop Top /Pixabay

MEDIA JABODETABEK – Crop top biasanya menjadi tren hangat selama musim panas. Meskipun pakaian ini terkenal di tahun 1990-an, saat ini pakaian setengah badan ini kembali digandrungi banyak orang di dunia, termasuk Indonesia.

Awalnya crop top tidak terlalu populer di Barat karena suhunya lebih dingin dan masih terikat aturan puritan dalam sejarah mode Barat, dalam arti kata mode wanita Eropa dan Amerika dimaksudkan untuk menutup bagian tubuh sebanyak mungkin.

Crop top pertama kali dikenakan di daerah bersuhu hangat. Contohnya, di India, sari tradisional terdiri dari atasan pendek di bawahnya yang bernama choli. Gaya ini sudah ada sejak tahun lalu hingga saat ini.

Baca Juga: 5 Fakta Menarik Tentang Black Adam, Anti Hero Sekaligus Rival Abadi Shazam

Crop top dikenal secara umum di Barat dari gaya bedlah sejak adanya pertunjukan tari perut di World’s Fair di Chicago tahun 1893. Dirancang oleh pemilik kabaret Mesir, bedlah adalah kostum dua potong yang tentu saja memamerkan perut untuk tujuan menari.

Meskipun begitu, orang Barat belum bisa menerima gaya pakaian tersebut karena dianggap terlalu “eksotis” dan terbuka bagi mereka.

Pada tahun 1940-an, tepatnya selama Perang Dunia II, banyak barang dibagi-bagi, salah satunya kain. Orang-orang pada saat itu dituntut agar menjadi lebih kreatif sambil menghemat bahan baku.

Baca Juga: Peta Ganjil Genap Kawasan Puncak Bogor dan Sentul Sabtu-Minggu, Cek Titik Lokasinya

Desainer pakaian memanfaatkan kesempatan itu sebagai alasan untuk menunjukkan sedikit dengan memotong bagian bawah kemeja. Hal ini merupakan solusi yang mudah dan bergaya.

Pada masa yang sama, pakaian ini dipasangkan dengan rok midi berpinggang tinggi sehingga terlihat seperti jam pasir dan cocok untuk liburan musim panas karena lebih bergaya dan mudah. Namun, pakaian ini masih belum bisa diterima karena merasa pakaian itu terlalu terbuka.

Sekitar sepuluh tahun kemudian, masyarakat tidak melarang memakai kemeja sepenuhnya. Dari kesempatan ini gaya crop top bergaya dan lebih konservatif menurut saat ini bertahan selama tahun 1950-an.

Baca Juga: Kasus Covid Varian BA 4 dan BA 5 Meningkat, Wali Kota Depok: Tetap Pakai Masker

Kemudian, pada tahun 1960-an, crop top dibuat dengan menjuntainya fringe (kain gantung panjang yang kecil), sering dipotong dalam gaya blus petani yang populer dalam budaya hippie atau sebagai kemeja berkerah diikat ke depan.

Pada tahun 1970-an, gaya crop top berubah dengan desain yang berbeda dengan hemline garmen yang naik dan bagian bawah yang dipasang dipotong lebih rendah. Dari sinilah crop top menjadi simbol seks glamor sehingga popularitasnya meningkat sejak tahun 1980-an.

Di era yang sama, crop top dijadikan pakaian olahraga yang kencang dan trendy sehingga cocok untuk dikenakan dan dipamerkan. Pakaian ini menjadi ciri khas gaya klasik tahun 1980-an dengan tampilan “aerobik” yang dipasangkan dengan triko atau tank.

Baca Juga: Izin ACT dicabut, Kemnsos: Ada Pelanggaran Terhadap Peraturan Menteri Sosial

Gaya ini juga menjadi favorit Madonna. Kemudian, crop top kerap dikenakan beberapa tokoh film seperti Baby dari “Dirty Dancing” dan Alex dari “Flashdance”.

Sepanjang tahun 1990-an, crop top berupa kemeja perut dipasangkan dengan jeans low-rise. Gaya ini semakin populer sejak bintang pop seperti Christina Aguilera, Britney Spears dan Spice Girls sering memasukkan atasan ke dalam lemari pakaian mereka.

Crop top jenis ini tidak lagi beredar di awal tahun 2000-an, namun gaya tersebut perlahan-lahan kembali digunakan. Gaya berpakaian crop top dengan celana high waist tahun 1940-an dan 1950-an juga kembali dikenakan dengan tampilan yang lebih bersahaja.***

Editor: Putri Amaliana


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini