Cara Mengurangi Konsumsi Gula, Garam dan Lemak Menurut Pakar Gizi Supaya Tidak Menjadi Penyakit

- 22 September 2021, 21:57 WIB
Ilustrasi. 6 cara mudah turunkan kadar gula darah secara alami, salah satunya dengan minum air putih.
Ilustrasi. 6 cara mudah turunkan kadar gula darah secara alami, salah satunya dengan minum air putih. /Pexels.com/PhotoMIX Company

MEDIA JABODETABEK – Konsumsi gula, garam dan lemak yang kelebihan dapat mengundang penyakit tidak menular mulai dari penyakit jantung, stroke, diabetes, obesitas, hingga hipertensi.

Berdasarkan kutipan siaran pers hari Rabu, pakar sekaligus dosen gizi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Dr Annis Catur Adi, Ir., M.Si mengatakan bahwa orang Indonesia terbiasa menyantap makanan olahan yang digoreng dan instan.

“Cita rasanya cenderung manis, asin dan pedas, tanpa disadari kebiasaan itu melampaui batas harian asupan gula, garam dan lemak,” kata Annis dalam Webinar “Rasa Umami sebagai Salah Satu Cara Mengatur Asupan Makanan dan Meningkatkan Gizi dan Kesehatan” baru-baru ini.

Baca Juga: Fakta Menarik Tentang Bonsai Kimeng, Semakin Tua Harga Semakin Mahal

Menurut rekomendasi dari Kementerian Kesehatan batas konsumsi gula per hari adalah 10 persen dari total energi 200 kkal atau sejajar dengan empat sendok makan per hari yaitu 50 gram per orang per hari.

“Kiat mengurangi gula bisa dilakukan dengan menggantinya dengan rempah misal jahe, kayu manis atau pala. Selalu baca label informasi gizi produk yang dibeli, dan untuk camilan bisa pilih buah alih-alih cokelat,” jelas Annis.

Baca Juga: Kalender Jawa Bulan September 2021 Lengkap Dengan Weton atau Hari Pasaran

Sedangkan rekomendasi Kementerian Kesehatan terkait asupan lemak adalah sebesar 67 gram atau lima sendok makan minyak.

“Asupan lemak bisa dikurangi dengan mengganti menu yang digoreng dengan yang tidak digoreng, misal dibakar atau panggang. Pilih daging yang tidak berlemak, hindari konsumsi kulit ayam. Hindari penggunaan santan kelapa, mentega dan margarin.”

Terkait konsumsi garam, yang dimaksud garam yang dikonsumsi menurut Annis merupakan garam yang dikonsumsi bersama-sama dalam makanan dan minuman, dengan kandungan NaCl minimal 94 persen.

Baca Juga: Persiapkan Tubuh, Lakukan Hal Berikut Sebelum Suntik Vaksin Covid-19

Bagi penggunaan garam, Annis menjelaskan ada beberapa trik untuk mengendalikan konsumsi garam.

“Kebiasaan masyarakat Indonesia dalam membuat masakan memang banyak menggunakan bumbu dan rempah yang memiliki cita rasa tinggi, sedangkan dalam berbagai bumbu dan rempah itu juga sudah cukup banyak terkandung natrium. Nah, cara yang sesuai jika masakan kita sudah banyak mengandung berbagai bumbu rempah adalah dengan hanya menambahkan garam dapur dalam jumlah yang sedikit sekali,” kata Annis.

Annis menerangkan, jika ingin makanan yang dikonsumsi memiliki cita rasa yang tinggi, namun juga ingin diet rendah garam dapat menggunakan bumbu umami seperti monosodium glulamat (MSG).

Baca Juga: Manfaat Air Kelapa Muda, Tidak Hanya Menghilangkan Haus Tapi Juga Baik Untuk Kesehatan, Bisa Bikin Awet Muda

“Satu pucuk sendok teh MSG (2 gram) yang mengandung 12 persen sodium akan memberi efek enak yang sama pada makanan yang diberi lima gram atau satu sendok teh dengan kandungan sodium 38 persen,” terang Annis.

Banyak penelitian di luar negeri seperti di Jepang, membuktikan bahwa penggunaan MSG dapat dijadikan strategi diet rendah garam.

“Sebab, kandungan natrium dalam MSG hanya 1/3 dari kandungan natrium pada garam dapur biasa,” katanya.

Baca Juga: Setelah Divaksin Apakah Boleh Minum Air Kelapa ? Begini Penjelasan Dokter Ahli

Public Relations Manager PT Ajinomoto Indonesia, Katarina Larasati menambahkan webinar terkait peran umami tersebut merupakan upaya mendukung masyarakat Indonesia agar tetap sehat dengan menyebarluaskan fakta informatif tentang bumbu umami dan monosodium glulamat (MSG) selama pandemi COVID-19.

“Kami merasa perlu menyebarkan fakta yang benar dan informatif tentang bumbu umami yang akan mendukung mereka tetap sehat, terutama saat di situasi pandemi COVID-19. Selain itu, kami berharap para ahli gizi, serta mahasiswa dan mahasiswi sebagai calon ahli gizi masa depan Indonesia, dapat menyebarkan fakta informatif dan ilmiah tentang apa yang kami sampaikan ini kepada masyarakat luas,” kata Katarina. ***

 

Editor: Ricky Setiawan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini