Kebutuhan Pasien Covid-19 Meningkat 5 Kali Lipat, Menkes Siap Sediakan 600 Ton Oksigen per Harinya

- 17 Juli 2021, 14:21 WIB
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin /Instagram Menteri Kesehatan/@budigsadikin

MEDIA JABODETABEK – kasus Covid-19 di Indonesia masih terus meningkat.

Oleh karenanya kebutuhan pasien Covid-19 bertambah setiap harinya.

Dalam rangka menyikapi hal tersebut ada beberapa langkah yang akan diambil pemerintah demi memnuhi kebutuhan perawatan pasien Covid-19.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menerangkan setidaknya kebutuhan untuk pasien Covid-19 menjadi 2000 ton per harinya.

Baca Juga: Kunjungi TPU Rorotan, Pesan Anies ke Warga Jakarta : Jangan Anggap Sepel Covid-19, Kami Sudah Jadi Bukti

Padhal sebelumnya kebutuhan pasien hanya 400 ton per hari.

Dikutip Media Jabodetabek dari berita Suara Merdeka berjudul Kebutuhan Perawatan Pasien Covid-19 Meningkat Jadi 2.000 Ton Per Hari, Begini Penjelasan Menkes, upaya yang dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan tersebut adalah melalui kerja sama dengan Kementerian Perindustrian dan industri dalam negeri.

“Menggunakan excess capacity dari pabrik-pabrik atau industri-industri yang ada di dalam negeri, bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian. Ada sekitar 240 sampai 250 ton per hari excess capacity yang bisa kami gunakan dari industri-industri dalam negeri,” paparnya.

Selain itu, pemerintah juga mengupayakan pemenuhan pasokan oksigen dengan menggunakan oxygen concentrator.

Baca Juga: Bagikan Kondisi Anak yang Terpapar Covid-19, Nycta Gina: Walaupun Sakit Nggak Rewel

Ini merupakan alat penghasil oksigen tenaga listrik yang bisa dipasang di rumah maupun di rumah sakit yang dapat menyuplai oksigen berkapasitas 10 liter atau 5 liter per menit.

“Pemerintah berencana untuk membeli sekitar 20-30 ribu oxygen concentrator yang bisa menyediakan sekitar 600 ton oksigen per hari untuk rumah sakit dan bisa kita pinjamkan ke rakyat yang membutuhkan,” ujar Budi.


Terakhir, terkait obat bagi pasien Covid-19, Menkes menyatakan bahwa suplai obat-obatan yang dapat diproduksi di dalam negeri masih relatif terkontrol.

Selain itu, pemerintah pun terus mengupayakan untuk mendatangkan tiga jenis obat-obatan impor untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.

“Pertama adalah obat Remdesivir yang kami impor dari India, Pakistan, dan Cina. Itu sekarang solusinya kita sudah negosiasi dengan Ibu Menlu, dibantu agar India bisa membuka kembali keran ekspornya dan sudah mulai masuk 50 vial minggu ini dan nanti bertahap 50 vial setiap minggu. Kami juga sudah membuka akses ke Cina, supaya obat yang mirip dengan Remdesivir bisa kita bawa masuk,” ujarnya.

Selain Remdesivir, obat impor kedua yang sulit didapatkan adalah Actemra.

Baca Juga: Perancis Tetap Adakan Parade Bastille Day Meski Dalam Bayang-Bayang Covid-19

“Kami juga sudah bicara dengan CEO-nya Roche dan memang diakui ada global suplai yang ketat, sehingga dengan stok yang ada sekarang masih jauh dari yang kita butuhkan,” kata Menkes.

Untuk itu, pemerintah juga terus berupaya untuk mencari alternatif dari obat tersebut, salah satunya dari Amerika Serikat.

“Kebetulan Amerika Serikat pada saat gelombang pertama dan kedua memiliki stok obat yang cukup banyak. Mudah-mudahan dalam waktu dekat kita bisa membawa ke Indonesia obat alternatif yang mirip dengan Actemra,” ujar Menkes.

Obat ketiga yang dibutuhkan adalah Gammaraas, merek dagang dari kategori obat yang dikenal dengan Grup IVIG yang diproduksi di Cina.

“Kita juga membutuhkan cukup banyak dan sekarang kita sudah bisa mendatangkan sekitar 30 ribu vial, tapi kita membutuhkan lebih banyak lagi dan sekarang dengan dibantu oleh Kementerian Luar Negeri, kita terus melakukan lobi-lobi dengan Pemerintah Cina,” tandas Menkes. *** (Andika Primasiwi-Suara Merdeka)

Editor: Eria Winda Wahdania

Sumber: Suara Merdeka


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini