Mengenal Ogoh-ogoh, Benda Ritual Umat Hindu di Bali

2 Maret 2022, 18:41 WIB
Mengenal Ogoh-ogoh, Benda Ritual Umat Hindu di Bali /Web Resmi Kabupaten Buleleng


MEDIA JABODETABEK – Ogoh-ogoh berasal dari kata “ogah-ogah” dalam bahasa Bali yang artinya “sesuatu yang digoyang-goyangkan”.

Bagi orang awam, ogoh-ogoh adalah boneka raksasa yang digiring keliling desa pada malam hari sebelum jatuhnya hari raya nyepi (ngerupukan) yang diiringi musik gamelan bali yang dikenal sebagai Bleganjur, kemudian dibakar.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia tahun 1986, Ogoh-ogoh adalah ondel-ondel yang beraneka ragam dengan bentuk yang menyeramkan.

Ogoh-ogoh adalah karya seni patung kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala mewujudkan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terhingga dan tak terbantahkan. Bhuta Kala berwujud raksasa yang menakutkan.

Baca Juga: 7 Film Bioskop Indonesia yang Tayang Bulan Maret 2022, Ada yang Romantis dan Juga Komedi, Catat Tanggalnya

Wujud ogoh-ogoh biasanya digambarkan seperti naga atau gajah. Namun, seiring perkembangan waktu, wujudnya bisa menyerupai para pemimpin dunia, artis, tokoh agama, bahkan penjahat.

Sebenarnya, ogoh-ogoh tidak terkait langsung dengan upacara Hari Raya Nyepi. Sejak tahun 1980-an, umat Hindu membawa ogoh-ogoh keliling desa dengan obor atau disebut ngerupuk.

Karena hal ini, ogoh-ogoh boleh dipakai untuk pelengkap kemeriahan upacara meskipun tidak mutlak dihadirkan.

Baca Juga: 5 Twibbon HUT Kabupaten Konawe 2022 PNG, Bingkai Foto Bermotif Aesthetic untuk Rayakan Hari Jadi Konawe ke 62

Sebelum pawai, peserta upacara biasanya meminum arak (minuman tradisional). Kemudian mereka mengarak ogoh-ogoh ke suatu tempat bernama sema (tempat persemayaman umat Hindu sebelum dibakar dan pada saat pembakaran mayat). Selanjutnya, ogoh-ogohnya dibakar.

Fungsi ogoh-ogoh adalah perwakilan wujud Bhuta Kala yang dibuat sebelum Hari Raya Nyepi dan dibawa keliling desa ramai-ramai di sore hari Pangrupukan.

Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, proses ini merupakan simbol keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dahsyat. Kekuatan yang dimaksud antara lain Bhuana Agung (alam raya) dan Bhuana Alit (diri manusia).

Baca Juga: Tanpa Obat-obatan Begini Cara Menurunkan Kolesterol Secara Alami Menurut dr. Zaidul Akbar

Di pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat menggiring makhluk hidup, terutama manusia dan seluruh dunia, ke kebahagiaan atau kehancuran tergantung niat luhur manusia pada awalnya.

Pada tahun 1983, wujud-wujud bhuta kala yang dibuat dalam ritual nyepi di Bali dimana ini merupakan bagian penting dalam sejarah ogoh-ogoh karena adanya Keppres (keputusan presiden) yang menetapkan Nyepi sebagai hari libur nasional.

Sejak saat itu, masyarakat mulai membuat onggokan bernama ogoh-ogoh di beberapa tempat di Denpasar. Budaya ini semakin menyebar saat ogoh-ogoh dihadirkan dalam Pesta Kesenian Bali ke XII. ***

Editor: Eria Winda Wahdania

Tags

Terkini

Terpopuler