Gelorakan Hari Raya Paskah 2021: Ada Kasih Kristus Pada Kiprah Bunda Teresa

4 April 2021, 07:26 WIB
Ucapan Selamat Paskah 2021 /Tangkapan Layar Video istagram/@sdk1penabursamanhudi/

MEDIA JABODETABEK - Tepat tanggal 4 April 2021, mayoritas umat Nasrani di seluruh dunia merayakan Minggu Paskah setelah memperingati kenaikan Yesus Kristus atau Isa Al Masih dalam ritual Jumat Agung.

Ajaran tentang cinta dan kasih sayang merupakan keutamaan dalam mengikuti jalan yang ditunjukkan oleh Kristus, sebagaimana yang dilansir Mediajabodetabek.com dari Alkitab.

"Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih," tulis Yohanes 4:18 dikutip Mediajabodetabek.com dari Alkitab pada Minggu, 4 April 2021.

Baca Juga: Bayern Munchen vs RB Leipzig, Julian Nagelsmann, Tim Kami Bermain Lebih Baik

Pengamalan tersebut telah dilaksanakan oleh salah seorang misionaris bernama Agnes Gonxha Bojaxhiu atau yang akrab disapa Bunda Teresa.

Perempuan kelahiran Kosovo Vilayet, Kekaisaran Ottoman, 26 Agustus 1910 ini telah bergelut sebagai biarawati yang mengedepankan kemanusiaan sebagai pengamal ajaran Kristus.

Baca Juga: Live Streaming dan Jadwal Acara MNCTV Minggu, 4 April 2021: Ada Kembalinya Raden Kian Santang Hingga Kun Anta

Awal Pelayanan
Navin Chawla dalam catatan biografi berjudul Mother Teresa (1992) mengatakan, Agnes mulai meninggalkan rumah di usianya yang ke-18 bersama para misionaris lainnya.

Ia menjelaskan, Agnes bersama ordo Katolik Roma, kelompok Kesusteram Loreto melayani kaum miskin India dengan catatan bahwa dirinya tidak akan pernah bertemu ibu dan saudarinya lagi.

Para misionaris yang melakukan pelayanan, tambah Chawla, tidak pernah kembali ke tempat asal mereka.

Baca Juga: Live Streaming dan Jadwal Acara Trans7 Minggu, 4 April 2021: Saksikan MotoGP 2021 Doha GP Malam Ini

"Para misionaris pada masa itu tidak pernah pulang, baik ibu dan anak tahu mereka tidak akan bertemu lagi," tulisnya dalam catatan biografi Mother Teresa.

Joan Graff Clucas dalam Mother Teresa (1988) menuliskan, Agnes yang saat itu berusia 12 tahun mulai terpanggil dan merasa tertarik dengan dunia misionaris, terutama setelah mendengar cerita-cerita tentang pelayanan di Benggala.

Dalam kumpulan cerita yang diterima olehnya, lanjut Clucas, motif keinginannya menjadi misionaris ialah sebuah komitmen beragama dan panggilan untuk melayani kaum miskin di sana.

Baca Juga: Baca Doa Keluar Rumah, Supaya Perjalanan Lancar Tidak Diganggu Jin

Diceritakan, saat itu Agnes pergi ke Biara Loreto di Rathfarnham, Irlandia, untuk belajar bahasa Inggris, bahasa yang digunakan oleh Kesusteran Loreto untuk mengajar anak-anak sekolah di India pada tanggal 15 Agustus 1928.

Kemudian, di tahun 1929 ia tiba di India dan memulai pelatihannya di Darjeeling, sekitar pegunungan Himalaya untuk mempelajari bahasa Bengali dan mengajar di sekolah St. Teresa.

Selang beberapa tahun, pada tanggal 24 Mei 1931 Agnes mengambil sumpah agama pertamanya dan mengganti nama menjadi Thérèse de Lisieux atau Bunda Teresa.

Baca Juga: Live Streaming dan Jadwal Acara RCTI Minggu 4 April 2021: Saksikan Shopee 4.4, Ikatan Cinta Hingga Amanah Wali

Emam tahun kemudian, Kathryn Spink dalam Mother Teresa: A Complete Authorized Biography (1997) menuliskan, pada tanggal 14 Mei 1937, Agnes mengambil sumpah sucinya lagi saat mengajar di sekolah biara Loreto di Entally, Kolkata.

Selama kegiatan pelayanannya, Agnes merasa terganggu dengan kemiskinan dan dengan konflik antar agama Hindu-Islam yang berlangsung pada bulan Agustus 1946.

Spink menjelaskan, bencana kelaparan di Benggala pada tahun 1943 merupakan awal mula konflik horizontal dan keputusasaan di kota tersebut.

Baca Juga: PSG Vs Lille 0-1, Les Parisiens akhirnya Turun Tahta

Melanjutkan Panggilan Batin
Memasuki tanggal 10 September 1946, Agnes kembali terpanggil secara batiniah untuk bertandang ke biara Loreto di Darjeeling dari Kolkata.

Selama perjalanan, ia melihat potret kemiskinan yang begitu melekat di sebagian masyarakat India saat itu.

"Saya meninggalkan biara untuk membantu orang miskin saat tinggal bersama mereka. Ini adalah perintah, kegagalan akan mematahkan iman," ucapnya pada Clucas.

Clucas mencatat, pada tanggal 8 Desember 1946, Agnes mulai melepas jubah kesusteran Loreto yang ia kenakan dan menggantinya dengan sari katun sederhana agar terkesan lebih membumi dengan warga lokal.

Baca Juga: Live Streaming dan Jadwal Acara ANTV Hari Ini Minggu, 4 April 2021: Saksikan Yeh Hai Mohabbatein Hingga Kulfi

Agnes yang kini dipanggil Bunda Teresa ini juga dikatakan telah mengganti status kewarganegaraannya sebagai penduduk India.

Kemudian, ia menghabiskan waktu di kota Patna selama beberapa bulan untuk melatih dasar-dasar medis di Rumah Sakit Keluarga Kudus.

Setelah itu, ia mulai memberanikan diri untuk melakukan pelayanan terhadap warga miskin di kota tersebut.

Baca Juga: Klik eform.bri.co.id Link Resmi untuk Cek Nama Penerima BLT UMKM atau BPUM 2021

Tak hanya upaya medis, sebagai bentuk cinta dan kasihnya terhadap kaum miskin, ia membuka sekolah di daerah Motijhil sekaligus membantu warga yang kelaparan.

"Tuhan ingin saya masuk dalam kemelaratan. Hari ini saya mendapat pelajaran yang baik. Kemelaratan para orang miskin pastilah sangat keras," ujarnya.

Bunda Teresa merasakan apa yang dirasakan warga kota itu. Rasa lelahnya membuat nuraninya semakin terketuk untuk melakukan pelayanan.

"Ketika saya mencari tempat tinggal, saya berjalan dan terus berjalan sampai lengan dan kaki saya sakit. Saya bayangkan bagaimana mereka sakit jiwa dan raga, mencari tempat tinggal, makanan dan kesehatan," terangnya.

Baca Juga: Contoh Ucapan Selamat Paskah 2021 Untuk Bos atau Atasan Dalam Bahasa Inggris

Sementara itu, menurutnya godaan akan kenikmatan di kalangan Loreto terus mendera. Namun, ia tetap kuat dengan prinsip dan janji agama yang terucap sebelumnya.

"Sebuah pilihan bebas, Tuhanku, cintaku untukmu, aku ingin tetap bertahan dan melakukan segala keinginanMu adalah kehormatan bagiku. Aku tidak akan membiarkan satu tetes air mata jatuh karenanya," tegasnya.

Akhir Pelayanan
Paul Williams dalam Mother Teresa (2002), menjelaskan bahwa dirinya telah menerima izin dari Vatikan pada 7 Oktober 1950 untuk menjadi Misionaris Cinta Kasih.

Tugas Bunda Teresa yakni merawat dan melayani kalangan yang termarjinalkan di lingkungan sosial, mulai dari yang kelaparan, pecandu alkohol, tunawisma, pengidap HIV/AIDS hingga disabilitas dan lain-lain.

Baca Juga: Peraturan Rokok Dapat Dijual Murah

Bentuk kiprahnya di bidang tersebut yakni dengan dibangunnya Kalighat Home for the Dying, sebuah rumah sakit gratis bagi kaum miskin.

Selain itu, Bunda Teresa juga melakukan pelayanan kemanusiaan di seluruh penjuru dunia, terutama daerah bencana dan konflik.

Namun, di akhir-akhir pelayanannya, ia mengalami penurunan kesehatan seperti gagal jantung, malaria dan patah tulang selangkangan akibat terjatuh.

Hingga pada akhirnya, Bunda Teresa menghembuskan nafas terakhirnya pada usianya yang ke-87 tahun.

Jasadnya dibaringkan di Gereja St. Thomas, Kolkata selama sepekan sebelum dimakamkan. Ia menjadi salah satu yang paling dikenang di benak kaum miskin dari semua agama di India, bahkan seluruh dunia

 

 

Editor: Ricky Setiawan

Tags

Terkini

Terpopuler