Ritual Tatung, Harmonisasi Kaum Tionghoa dan Suku Dayak

26 Februari 2021, 21:15 WIB
Seorang tatung (dukun Tionghoa yang kerasukan arwah leluhur) beratraksi saat mengikuti pawai perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang /ANTARA/HS Putra

MEDIA JABODETABEK - Lumrahnya kedatangan suatu kaum ke satu tempat adalah pertukaran budaya.

Corak itu terlihat jelas antara kaum Tionghoa Indonesia dengan Suku Dayak sebagai penduduk lokal Singkawang, Kalimantan Barat.

Mendengar nama Kota Singkawang, hal yang terbesit di pikiran adalah bentuk asimilasi budaya lokal dengan Tionghoa.

Baca Juga: Cap Go Meh, Rangkaian Perayaan yang Pernah Mati Suri

Bermula dari zaman Kesultanan Sambas, terdapat desa yang diisi penduduk Tionghoanya cukup dominan.

Kependudukan kaum Tionghoa di Singkawang tergolong banyak, disebabkan oleh kandungan-kandungan mineral di sana yang cukup melimpah, salah satunya adalah emas.

Terhitung sejak tahun 1760, di mana terjadi migrasi besar-besaran kaum Tionghoa ke Singkawang. Mereka menetap dan bersinergi sebagai pekerja tambang.

Baca Juga: KOKUMI Beberkan Kunci Sukses Boba Viral

Nasution (2019) dalam 70 Tradisi Unik Suku Bangsa di Indonesia menuliskan, para pendatang dari Tiongkok ini di kemudian hari intensitasnya semakin besar untuk berdagang dan menambang.

Bahkan asal mula penamaan nama Singkawang diambil dari bahasa Hakka, yaitu San Khew Jong yang artinya sebuah kota di bukit dekat laut.

Keakraban itu terlihat saat ritual Tatung berlangsung. Keikutsertaan suku Dayak dalam ritus tersebut menjadikan harmoni tersendiri yang tercipta antara kaum Tionghoa dan suku Dayak.

Baca Juga: Sepintas Mengingat Tentang Perayaan Cap Go Meh

Tatung sendiri dalam bahasa Hakka yakni orang yang dirasuki ruh leluhur atau Dewa sebagai bentuk ritus pengusiran ruh jahat.

Suku Dayak di Singkawang banyak yang ikut serta dalam ritual Tatung. Mereka beranggapan jika ritus tersebut memiliki banyak kemiripan dengan ritus-ritus suku Dayak pada umumnya. Harmonisasi tersebut berlangsung sejak kedatangan kaum Tionghoa ke Kalimantan Barat.

Muhammad Fitri (2020) dalam Orang-Orang Tionghoa di Kota Singkawang menuliskan, ritual Tatung sering dilangsungkan oleh orang-orang Dayak-Tionghoa dalam bentuk pawai. Hal tersebut disebut sebagai bentuk pembauran antara kaum Tionghoa dengan suku Dayak.

Baca Juga: Doa Niat Puasa Ayyamul Bidh Terbaru Lengkap Dengan Jadwal dan Doa Buka Puasanya 2021

Selain itu, pawai Tatung di Singkawang merupakan yang terbesar di dunia. Fenomena itu bisa dilihat dari perayaan pawai Tatung di Singkawang pada tanggal 2 Mei 2018.

Jumlah pesertanya yakni 1.038 orang dengan disertai 20.607 buah Lampion dan Gerbang Cap Go Meh terbesar.***

Editor: Ricky Setiawan

Tags

Terkini

Terpopuler