Givara Budeiri, Jurnalis Al Jazeera Ditangkap Polisi Israel Saat Meliput Demonstrasi di Sheikh Jarrah

- 6 Juni 2021, 06:05 WIB
Aksi penangkapan Jurnalis koresponden Al Jazeera, Givara Budeiri oleh aparat kepolisian Israel
Aksi penangkapan Jurnalis koresponden Al Jazeera, Givara Budeiri oleh aparat kepolisian Israel /Twitter @JamalsNews /

MEDIA JABODETABEK - Polisi Israel menangkap seorang jurnalis koresponden Al Jazeera, Givara Budeiri saat melakukan peliputan aksi demonstrasi di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur pada Sabtu, 5 Juni 2021 waktu setempat.

Penangkapan Budeiri mengundang kecaman dari para pendukung kebebasan pers dan pengawas media.

Di waktu yang sama, ia dikabarkan sempat mengalami tindakan represif oleh aparat kepolisian Israel, bahkan peralatan liputan timnya juga turut dirusak.

Baca Juga: Indonesia Batalakan Pemberangkatan Ibadah Haji, Ini Merupak yang Kedua Kalinya Lantaran Pandemi Covid-19

Ketika itu Budeiri tengah melaporkan aksi massa peringatan 54 "al-Naksa" atau "kemunduran", sebuah istilah orang Palestina yang digunakan untuk menggambarkan pendudukan Israel di Yerusalem Timur, Tepi Barat, dan Jalur Gaza sejak tahun 1967.

Sheikh Jarrah juga menjadi salah satu tempat di mana demonstrasi sering berlangsung sebagai bentuk dukungan terhadap keluarga Palestina yang tmengalami pengusiran oleh orang Yahudi perihal pendudukan.

Jurnalis Al Jazeera Hoda Abdel Hamid mengatakan, Budeiri ditangkap dengan alasan yang tidak jelas walaupun sudah mengenakan jaket rompi bertuliskan "press" dan mengeluarkan kartu persnya.

Baca Juga: Singapore Airlines Merayakan Hari Jadi Rute Singapura – London yang ke-50

"Dia didorong, itu berlanjut saat dia mencoba mendapatkan kartu persnya. Dan saat juru kamera mencoba menjangkaunya, kameranya pecah," ujar Hoda dikutip Mediajabodetabek.com dari Al Jazeera pada Minggu, 6 Juni 2021.

"Kami berbicara dengan beberapa saksi dan mereka semua mengatakan tidak ada alasan untuk ketegangan semacam itu dan tidak jelas mengapa mereka memutuskan untuk secara khusus mengejar Givara sementara ada jurnalis lain yang melakukan persis seperti yang dia lakukan," lanjutnya.

Baca Juga: Putra Mahkota Arab Saudi dan Menhan AS Bahas Solusi Perang Yaman

Direktur Eksekutif International Press Institute (IPI) Barbara Trionfi mengungkapkan keterkejutannya atas penangkapan tersebut dan menyerukan agar Budeiri segera dibebaskan.

"Kami telah melihat banyak serangan yang ditargetkan terhadap jurnalis oleh pasukan Israel selama beberapa minggu dan bulan terakhir dan sayangnya, ini bukan kasus yang terisolasi," tutur Trionfi. "Perilaku seperti ini oleh pasukan Israel sama sekali tidak dapat diterima," tegasnya.

Juru bicara Reporters Without Borders Sabrina Bennoui juga turut menyesali adanya penangkapan terhadap Budeiri saat melakukan peliputan. Menurutnya hal tersebut merupakan pelanggaran terhadal kebebasan pers.

Baca Juga: Ada Penyakit Jamur Hitam di India dan Malaysia, Bagaimana Dengan Indonesia?

"Karena jurnalis ini dapat dikenali dengan jelas karena dia mengenakan rompi pers, dan ada keinginan yang jelas dari otoritas Israel untuk mencegah jurnalis melakukan pekerjaan mereka dan melaporkan di lapangan," kata Bennoui.

Diketahui sebelumnya, pada tanggal 15 Mei 2021, serangan udara militer Israel telah menghancurkan sebuah bangunan gedung 13 lantai di Jalur Gaza yang ditempati kantor berita Al Jazeera dan Associated Press (AP).***

Editor: Ricky Setiawan

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini