11 Maret 2021, 55 Tahun Percikan Malapetaka Supersemar

- 11 Maret 2021, 08:50 WIB
Fakta-fakta Sejarah Surat 11 Maret atau Supersemar yang Masih Menjadi Misteri.
Fakta-fakta Sejarah Surat 11 Maret atau Supersemar yang Masih Menjadi Misteri. //DOK. PR

MEDIA JABODETABEK - Surat Perintah Sebelas Maret atau yang dikenal dengan sebutan Supersemar, hingga kini masih menjadi polemik di tengah literasi publik.

Peristiwa yang lahir pada 11 Maret 1966 ini, kebenarannya masih dipertanyakan oleh publik. Pun segala macam tetek bengeknya masih menjadi perdebatan di setiap selip lembaran buku sejarah.

Supersemar berisikan perintah Presiden Soekarno yang menginstruksikan Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) Soeharto untuk mengambil sikap dalam menegakkan keamanan.

Baca Juga: Bus Membawa Rombongan Siswa SMP Alami Kecelakaan Maut di Wado Sumedang

Pasalnya, saat itu Gerakan Satu Oktober (Gestok) telah pecah di tahun 1965 yang melibatkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Darat (TNI-AD)

Ternyata, terdapat dua versi Supersemar namun dengan tanda tangan pengesahan yang sama. Perbedaannya terdapat pada bagian kepada siapa surat ini ditujukan dan untuk apa diadakan.

Versi Soekarno, di mana hanya dituliskan terkait perintah pengamanan terhadap keselamatan, ajaran, jalannya pemerintahan, dan pelaporan kejadian yang ditujukan kepada presiden atau Pemimpin Besar Revolusi atau Mandataris MPRS.

Baca Juga: Lirik Lagu Barakallah Maher Zain dan Terjemahannya, Barakallahhu Lakuma Wa Baraka Alikuma

Di lain hal, Versi Angkatan Darat (AD) justru sedikit berlainan di mana terdapat diksi-diksi seperti "Mengambil tindakan yang dianggap perlu" sebagai kestabilan jalannya pemerintahan dan revolusi. Tentunya dengan melibatkan nama Presiden Soekarno, Panglima Tertinggi, dan Pimpinan Revolusi.

Sebelumnya, Soeharto mengutus tiga orang panglima tertinggi yang terdiri dari Brigadir Jendral M. Jusuf, Brigadir Jendral Amirmachmud dan Brigadir Jendral Basuki Rahmat untuk menemui Presiden Soekarno di Istana Bogor.

Dikutip dari laman YPKP 65/66, sejarawan Asvi Warman Adam mengungkapkan jika ketiga panglima tertinggi yang diutus Soeharto berhasil membawa Supersemar dan menyerahkannya pada pengutus di markas Komando Strategi Angkatan Darat (Kostrad).

Baca Juga: 568 Atlet Penyandang Disabilitas Mendapat Pembinaan Langsung Dari Dispora DKI Jakarta

Menurut Asvi, saat itu Presiden Soekarno geram mendengar permintaan M. Jusuf, Amirmachmud dan Basuki Rahmat. Pasalnya, ketiga panglima tertinggi itu meminta kekuasaan dipindahtangankan kepada Soeharto.

Soekardjo Wilarjito mengungkapkan kesaksiannya dalam buku Mereka Menodong Bung Karno: Kesaksian Seorang Pengawal Presiden (2008) tentang adanya pemaksaan terhadap Presiden Soekarno terkait penandatanganan Supersemar.

Soekardjo menyaksikan bagaimana Soekarno ditodong pistol oleh Jendral M Pangabean dan Basuki Rahmat sambil disodorkan map berisi Supersemar oleh M Jusuf. Dengan sigap ia mengeluarkan pistol, namun dicegah sang Presiden.

Baca Juga: Ini Doa Isra Miraj yang Bisa Dibaca Supaya Mendapat Pertolongan Allah dan Dijauhkan Dari Gangguan Jin

Dengan diawali peristiwa penandatangan Supersemar oleh Presiden Soekarno, alih-alih pemindahan pemerintahan jatuh ke tangan Soeharto.

Dengan dasar Supersemar, Soeharto mengeluarkan perintah pertama: bubarkan PKI, kemudian tumpas hingga ke akar-akarnya. Pembunuhan massal pun terjadi.***

Editor: Ricky Setiawan


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini