Ritual Tatung, Harmonisasi Kaum Tionghoa dan Suku Dayak

- 26 Februari 2021, 21:15 WIB
Seorang tatung (dukun Tionghoa yang kerasukan arwah leluhur) beratraksi saat mengikuti pawai perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang
Seorang tatung (dukun Tionghoa yang kerasukan arwah leluhur) beratraksi saat mengikuti pawai perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang /ANTARA/HS Putra

Bahkan asal mula penamaan nama Singkawang diambil dari bahasa Hakka, yaitu San Khew Jong yang artinya sebuah kota di bukit dekat laut.

Keakraban itu terlihat saat ritual Tatung berlangsung. Keikutsertaan suku Dayak dalam ritus tersebut menjadikan harmoni tersendiri yang tercipta antara kaum Tionghoa dan suku Dayak.

Baca Juga: Sepintas Mengingat Tentang Perayaan Cap Go Meh

Tatung sendiri dalam bahasa Hakka yakni orang yang dirasuki ruh leluhur atau Dewa sebagai bentuk ritus pengusiran ruh jahat.

Suku Dayak di Singkawang banyak yang ikut serta dalam ritual Tatung. Mereka beranggapan jika ritus tersebut memiliki banyak kemiripan dengan ritus-ritus suku Dayak pada umumnya. Harmonisasi tersebut berlangsung sejak kedatangan kaum Tionghoa ke Kalimantan Barat.

Muhammad Fitri (2020) dalam Orang-Orang Tionghoa di Kota Singkawang menuliskan, ritual Tatung sering dilangsungkan oleh orang-orang Dayak-Tionghoa dalam bentuk pawai. Hal tersebut disebut sebagai bentuk pembauran antara kaum Tionghoa dengan suku Dayak.

Baca Juga: Doa Niat Puasa Ayyamul Bidh Terbaru Lengkap Dengan Jadwal dan Doa Buka Puasanya 2021

Selain itu, pawai Tatung di Singkawang merupakan yang terbesar di dunia. Fenomena itu bisa dilihat dari perayaan pawai Tatung di Singkawang pada tanggal 2 Mei 2018.

Jumlah pesertanya yakni 1.038 orang dengan disertai 20.607 buah Lampion dan Gerbang Cap Go Meh terbesar.***

Halaman:

Editor: Ricky Setiawan


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x