Angka Kasus Stunting di Indonesia Masih Tinggi, Ini Kata BKKBN

27 Januari 2021, 14:32 WIB
Ilustrasi Kelahiran Bayi /pixabay/jarmoluk

MEDIA JABODETABEK- Tingginya kasus stunting yang di alami Indonesia dinilai WHO masih sangat tinggi karena masih berada dalam ambang batas yang telah di tetapkan Badan Kesehatan Dunia tersebut.

Menanggapi hal ini, Kepala Badan kependudukan dan keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menjelaskan bahwa tingginya angka kasus stunting disebabkan kelahiran bayi di Indonesia sudah dalam keadaan kekurangan gizi.

Dalam Pra Rakernas BKKBN di Jakarta, Rabu 27 Januari 2021 menjelaskan bahwa total angka kelahiran per tahun berjumlah 5 juta dan sekitar 1,2 juta bayi di antranya dalam kondisi kurang gizi kronis yang menyebabkan terjadinya stunting (bertubuh pendek)

Demikian pula angka yang diurai hasil data survei Status Gizi Balita Indonesia tahun 2019, angka kasus stunting sebanyak 27,67 persen, angka tersebut disebabkan berbagai faktor kekurangan gizi pada bayi.

Selain itu Hasto yang juga Ketua Pelaksana Program Percepatan Penurunan stunting, sebayak 29 persen dari 5 juta kelahiran setiap tahunnya terlahir sebagai bayi prematur. Seperti diberitakan Pikiran rakyat dalam artikel “Angka Kasus Stunting di Indonesia Melebihi Ambang Batas WHO, BKKBN Ungkap Penyebabnya”

Hasto yang memiliki latar belakang dokter spesialis kandungan dan kebidanan, serta sebagai kepala BKKBN, yang sudah mengetahui isu kependudukan juga kualitas keluarga di Indonesia dinilai tepat untuk mengemban tugas tersebut.

Baca Juga: Lindungi Keluraga dari Kuman dan Virus

Hasto juga mengatakan, karena 29 persen dari 5 juta tersebut dilahirkan belum waktunya maka ukurannya pun belum cukup untuk lahir.

Sedangkan WHO hanya menghendaki kurang dari 20 persen. Jadi kasus stunting perlu mendapat perhatian khusus, mengingat masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena prevalensi masih di atas ambang dari WHO.

Diketahui pula pada akhir tahun lalu, status Indonesia yang berada di urutan 4 dunia dan urutan ke 2 di Asia Tenggara terkait kasus balita stunting.

Hal lain yang menyebabkan stunting adalah sebanyak 11,7 persen bayi terlahir dengan gizi kurang, yang diukur melalui ukuran panjang tubuh tidak sampai 48 sentimeter dan berat badannya tidak sampai 2,5 kilogram.

"Ini sudah given artinya bayi lahir 5 juta di Indonesia 1,2 juta produknya sudah di bawah kualitas inilah yang kemudian stunting 27 persen," kata Hasto, sebagaimana dikutip Pikiran-Rakyat.com dari laman Antara.

Baca Juga: 5 Klarifikasi BMKG Terkait Isu Gempa Sesar Lembang

Tidak hanya itu, angka stunting di Indonesia juga ditambah dari bayi yang terlahir normal akan tetapi tumbuh dengan kekurangan asupan gizi sehingga menjadi stunting.

"Yang lahir normal pun masih ada yang kemudian jadi stunting karena tidak dapat ASI dengan baik kemudian asupan makanannya tidak cukup," kata Hasto.

Menurutnya masyarakat dengan ekonomi rendah yang mendapatkan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH), dari kementerian sosial berupa uang untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga, juga tidak membelanjakan menu makanan yang padat gizi bagi anak dan bayinya.

Hasto menyebut untuk menekan angka stunting merupakan tugas besar, dan penting yang dipercayakan oleh Presiden kepada dirinya.***(Nurul Khadijah/Pikiran Rakyat)

Editor: Naja Nuroni

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler