Hari Pemberantasan Kemiskinan Sedunia Tanggal Berapa? Berikut Simak Penjelasannya

- 15 Oktober 2022, 12:30 WIB
Hari Pemberantasan Kemiskinan Sedunia Tanggal Berapa? Berikut Simak Penjelasannya
Hari Pemberantasan Kemiskinan Sedunia Tanggal Berapa? Berikut Simak Penjelasannya /PIXABAY/billycm

MEDIA JABODETABEK – Bagi yang sedang mencari informasi seputar Hari Pemberantasan Kemiskinan Sedunia dan Tanggal berapa memperingati Hari Pemberantasan Kemiskinan Sedunia? Simak penjelasanya.

Setiap tanggal 17 Oktober menjadi peringatan Hari Pemberantasan Kemiskinan Sedunia, pada tahun ini Hari Pemberantasan Kemiskinan Sedunia jatuh pada hari Senin.

Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa dibalik diperingatinya tanggal tersebut sebagai salah satu peringatan internasional, terjadi sebuah peristiwa yang menjadi sorotan dunia.

Pada tanggal 17 Oktober 1987, Joseph Wresinski, aktivis kemiskinan pada masa itu berhasil mengumpulkan lebih dari 100.000 massa sebagai bentuk penghormatan kepada korban kelaparan, kemiskinan, kekerasan, dan ancaman di Human Rights and Liberties Plaza di Trocadero, Paris.

Gerakan yang diusung oleh politikus asal Prancis ini berhasil menarik perhatian PBB. Sehingga pada tahun 1992, PBB menetapkan tanggal 17 Oktober sebagai Hari Pemberantasan Kemiskinan Sedunia.

Baca Juga: Tanggal 17 Oktober 2022 Memperingati Hari Apa? Apakah Tanggal Tersebut Libur Nasional dan Cuti Bersama?

Ditinjau dari segi definisi, ada yang menafsirkan kemiskinan adalah sebuah kondisi dimana manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya. Ada juga yang mengartikannya sebagai hal-hal yang bersifat moral.

Sekali lagi, kemiskinan memiliki makna yang sangat luas. Melalui kemiskinan, lahir ketidakmakmuran, kelaparan, kesehatan memburuk, sanitasi air bersih pun tidak terpenuhi.

Selain itu, kemiskinan juga melahirkan ketidakmampuan, ketidakmampuan memperoleh pendidikan dan memanfaatkan teknologi yang rasa-rasanya bakal menjadi solusi dari permasalahan ini.

Berbicara mengenai kemiskinan, tak perlu jauh-jauh, masalah ini bisa kita temui di tengah-tengah masyarakat Indonesia.

Beberapa waktu lalu, pemerintah dengan bangga menunjukkan keberhasilannya menurunkan angka kemiskinan dilihat dari persentase jumlah penduduk, penduduk miskin hingga Maret 2019 tercatat 9,41 persen atau menurun dibandingkan tahun sebelumnya 9,82 persen.

Berdasarkan data milik Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk miskin turun sebanyak 810 ribu tahun ini. Konsep yang digunakan BPS dalam surveinya mengacu pada kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.

Baca Juga: Jangan Lewatkan Mega Bollywood Swades di ANTV, Berikut Jadwal Tayang Hari ini Sabtu 15 Oktober 2022

Hanya tertinggal 10 persen masyarakat Indonesia yang masih tergolong sebagai masyarakat kelas bawah.

Mungkin benar, angka kemiskinan berhasil ditekan. Akan tetapi, ketimpangan sosial ekonomi dari masyarakat strata atas dengan masyarakat strata bawah masih menjadi persoalan yang belum terselesaikan.

Tantangan pemerintah dalam mengontrol garis kemiskinan semakin berat. Sebagai garis kemiskinan terbaru, BPS menggunakan pendekatan pengeluaran per kapita sebesar Rp425.250 per bulan per kapita.

Indikator ini meningkat dari Maret 2018, di mana garis kemiskinan dipatok Rp401.220 per bulan per kapita. Yang menjadi tantangan, adalah pemerintah harus lebih dapat menjaga stabilitas harga pangan sehingga tingkat kemiskinan terkontrol.

Akan ada kondisi dimana pemerintah dihadapkan pada masyarakat yang sulit keluar dari batas ambang garis kemiskinan.

Baca Juga: Ravn ONEUS Dituduh Selingkuh dan Gaslighting Oleh Wanita yang Diduga Mantan Pacar

Dari data yang pernah dituliskan, penduduk Indonesia setidaknya tiga tahun sekali terjerat kemiskinan.

Fakta yang menjadi penyebab kemiskinan semakin merajalela adalah tidak semua masyarakat mendapatkan kesempatan yang sama untuk, memenuhi standar kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia kerja.

Bak kutukan yang tak akan hilang, mereka yang tidak memiliki akses untuk memperoleh pendidikan akan selalu menjadi. masyarakat kelas bawah karena tidak memiliki kompetensi untuk memperoleh suatu pekerjaan yang layak, meskipun dibuka lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya.

Permasalahan-permasalahan yang sudah saya paparkan di atas tidak akan pernah terselesaikan jika hanya mengandalkan pemerintah.

Program guna menekan angka kemiskinan yang ditargetkan pada tahun 2020 sampai di angka sembilan persen tak akan tercapai tanpa sinergi antara pemerintah, swasta, dan elemen masyarakat lainnya.***

 

Editor: Eria Winda Wahdania


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah