Sebuah Rumah Sakit di Jerman Dikarantina, Terindikasi Tertular Varian Baru Virus Corona

- 26 Januari 2021, 06:00 WIB
ilustrasi virus corona varian baru
ilustrasi virus corona varian baru /Pixabay/geralt.

MEDIA JABODETABEK-Keberadaan Varian baru Virus Corona kian mengancam banyak negara di Eropa, setelah Inggris dan Norwegia mengkonfirmasi adanya varian baru virus corona, kini giliran Jerman yang mengumumkan keberadaan varian baru dari virus corona.

Tak tanggung-tanggung Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) beberapa hari lalu mengumumkan adanya tiga varian baru virus corona yang disinyalir sangat mudah menular.

Atas pengumuman tersebut, sebuah rumah sakit di Jerman yang terindikasi merawat pasien yang tertular varian baru dari virus corona dengan segera mengkarantina RS Humboldt di Berlin.

Otoritas setempat pada Sabtu 23 Januari 2021 lalu mengumumkan penutupan rumah sakit Humboldt dan sempat memprediksi akan adanya penambahan jumlah orang yang terinveksi varian virus baru B117

Dengan penutupan itu, maka RS Hunboldt yang terletak di Ibukota Jerman itutak lagi bisa menerima pasien baru

"Kasus darurat dan pasien baru akan dialihkan ke rumah sakit lain. Dan jumlah orang di RS Humboldt yang terinfeksi varian sangat menular, B117 kemungkinan terus bertambah dalam beberapa hari ke depan," ujar juru bicara Vivantes,layanan rumah sakit umum. Seperti diberitakan IndoBali News dalam artikel  “3 Varian Baru Virus Corona di Eropa Mengkhawatirkan Akibatkan RS di Jerman Dikarantina”

Otoritas kesehatan Jerman memberlakukan karantina terhadap Rumah Sakit Humboldt di Berlin setelah 20 pasien dan anggota staf terbukti mengidap varian COVID-19 sangat menular yang ditemukan di Inggris dan menyebar cepat ke seluruh dunia.

Seperti yang sudah dijelaskan oleh ECDC bahwa tiga varian mutan virus corona yang muncul di Inggris, Afrika Selatan, dan Brazil menimbulkan risiko yang sangat tinggi di Eropa.

Badan pengawas penyakit Eropa itu memperingatkan bahwa ketiga varian akan menyebabkan lebih banyak infeksi, pasien rawat inap, serta kematian COVID-19.

Varian-varian tersebut, yang mencakup mutasi atau perubahan pada bagian-bagian virus corona penyebab COVID-19 yang menurut para ahli menjadikannya lebih menular, terdeteksi di banyak negara di Eropa dan sepertinya akan terus bertambah, menurut penilaian risiko ECDC.

"Kami saat ini menyaksikan situasi epidemiologi yang memburuk di sejumlah daerah, di mana varian virus SARS-CoV-2 yang mudah menular menjadi terbukti," kata Direktur ECDC Andrea Ammon melalui siaran persnya.

Ditambahkannya peningkatan jumlah infeksi akan menyebabkan tingkat pasien rawat inap dan kematian di segala kelompok usia lebih tinggi.

Penilaian itu menyebutkan bahwa negara-negara anggota Uni Eropa "sebaiknya mempersiapkan sistem perawatan kesehatan mereka mengantisipasi lonjakan permintaan (layanan, red)."

Inggris dan sejumlah negara Uni Eropa telah menutup atau sedang mempertimbangkan menutup perbatasan dengan negara-negara lain dalam upaya membatasi penyebaran varian COVID-19 yang lebih menular.

Namun, Komisi Eropa berpendapat bahwa penutupan semacam itu dapat membahayakan pasar tunggal Uni Eropa.

ECDC mengimbau perjalanan nonesensial tidak dilakukan dan mendesak pemerintah Eropa agar mempercepat laju vaksinasi COVID-19 pada kelompok-kelompok berisiko tinggi, seperti kaum lansia dan petugas medis.

Ammon menambahkan bahwa perpaduan penjagaan jarak fisik, peningkatan pengawasan, kelanjutan pengambilan sampel, pelacakan kontak yang ketat serta karantina juga diperlukan agar pencegahan penyebaran varian baru COVID-19 efektif.***( Shira Ade/IndoBali News)

Editor: Naja Nuroni

Sumber: indobalinews


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x