Terapi Non Operasi Harapan Sembuh Bagi Pasien Skoliosis

- 18 Januari 2021, 21:15 WIB
Ilustrasi Pasien  Skoliosis
Ilustrasi Pasien Skoliosis /Media Jabodetabek/Naja

 MEDIA JABODETABEK - Skoliosis merupakan kelainan pada rangka tubuh yang berupa kelengkungan tulang belakang. Skoliosis dapat terjadi pada anak-anak dan dewasa. Pada anak-anak, skoliosis dapat berubah menjadi kondisi yang serius seiring dengan pertumbuhannya. Skoliosis juga dapat terjadi pada orang dewasa yang tidak memiliki sejarah kondisi ini, dikarenakan degenerasi pada tulang belakang dan faktor usia yang bertambah tua.

Jika skoliosis dapat terdeteksi atau ditemukan lebih awal, pasien dapat menghindari gejala-gejala kondisi yang lebih parah. Bila dibiarkan saja tanpa penanganan atau perawatan, skoliosis terkadang perlu diambil tindakan pembedahan.

Dr. dr. Ninis Sri Prasetyowati, Sp. KFR, konsultan ahli dari Klinik Scoliosis Care dalam Seminar Media mengatakan, masyarakat masih kurang menyadari tentang pentingnya edukasi skoliosis, padahal prevalensi skoliosis makin meningkat yaitu sekitar 3% di dunia dan 4-5% di Indonesia.

Baca Juga: Prostitusi Online Berkedok Spa Berhasil Dibongkar Polrestabes Bandung

Skoliosis dapat terjadi sejak balita dan kanak-kanak yaitu usia 0-3 tahun (infantile), 4-9 tahun (juvenile), 10-19 tahun (adolescent), dan lebih dari 19 tahun (adult). Progresivitas skoliosis terjadi pada umur 10-18 tahun. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, skoliosis lebih banyak terjadi pada perempuan. Dari keseluruhan skoliosis yang terjadi, sebanyak 80% merupakan skoliosis idiopatik.”

Dalam presentasinya ia memaparkan bahwa Skoliosis dapat terjadi karena faktor genetik, kelainan kongenital atau bawaan dari lahir, kelainan pembentukan tulang atau kelainan neurologis dan habitual atau kebiasaan dalam membawa barang berat. Deteksi skoliosis secara akurat dan dini penting untuk dilakukan dengan cara mengecek dari belakang apakah adanya tonjolan pada tulang bahu, pinggang dan pinggul yang memiliki kurva tidak seharusnya.”

“Ada berbagai cara perawatan skoliosis, salah satunya yaitu dengan terapi non-operasi. Terapi non-operasi dikatakan sebagai harapan baru bagi pasien skoliosis karena dapat mengkoreksi kurva derajat yang besar. Umumnya, terapi non-operasi yang dilakukan yaitu penggunaan brace, exercise, dan latihan fisik dengan alat fisioterapi untuk mengurangi rasa nyeri. Brace sangat berperan mengkoreksi kurva terutama bagi pasien yang memiliki kurva lebih dari 30 derajat dan ditambah melakukan exercise sesuai dengan bentuk kurva, bukan exercise konvensional,” jelasnya.

Baca Juga: 6 Cara Agar Love Life Pasutri Menjadi Sehat

Mengenai jenis dan efektif tidaknya penggunaan brace, Labana Simanihuruk, B.Sc., Brace & Rehab Clinician mengemukakan, Brace secara klinis telah terbukti dapat mengurangi lengkung atau kurva pada kasus umum skoliosis dan khyphosis, mengurangi sakit, memperbaiki postur tubuh, memperlambat pertumbuhan kurva pada anak, memperbaiki bentuk tubuh dengan mengurangi tonjolan tulang iga serta mensejajarkan bahu dan pinggang.

Halaman:

Editor: Naja Nuroni


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x