Terlalu Lama Rebahan, Bisa Sebabkan Obesitas

- 18 Januari 2021, 12:54 WIB
Ilustrasi rebahan
Ilustrasi rebahan /Pixabay



MEDIA JABODETABEK - Himbauan untuk tetap di rumah aja di tengah pandemi COVID-19 ini menjadikan kita memiliki waktu lebih banyak di rumah, termasuk melakukan kegiatan bekerja dan belajar.

Dalam melakukan aktivitas di rumah, sebagian besar orang mengerjakannya sambil rebahan mulai dari bermain telepon genggam, melaksanakan kuliah, bahkan saat bekerja pun dilakukan sembari tengkurap.

Terlalu sering rebahan membuat Anda mengalami pertumbuhan berat badan yang signifikan.

Baca Juga: 8 Tips Agar Resolusi 2021 Bisa Terwujud

Sebagaimana diberitakan KabarBesuki.com pada artikel Anda Suka Rebahan? Pertimbangkan Lagi, Karena Inilah Bahaya Terlalu Lama Rebahan

Perilaku kurang gerak atau sedentary  merupakan segala kegiatan di luar waktu tidur, yang hanya memerlukan sedikit energi, misalnya duduk dan menonton televisi.

Aktivitas yang tergolong sedentary bahkan menghabiskan energi lebih sedikit dibandingkan aktivitas ringan, seperti berdiri dan jalan kaki.

Baca Juga: Lawan Liverpool Berakhir Dengan Skor Imbang, Man Utd Kecewa

Perilaku kurang gerak ini akan menjadi kebiasaan, atau gaya hidup, setelah dilakukan selama enam jam atau lebih dalam durasi yang lama.

Kekurangan aktivitas fisik tentu akan berdampak pada kesehatan individu, jangka pendek, misalnya mengalami nyeri punggung bagian bawah dan radang otot. Dalam jangka panjang, kurang gerak bisa menyebabkan ostheoporosis dan ostheoarthritis.

Ketika terlalu sering duduk atau berbaring fungsi otot-otot besar (paha dan punggung), yang semestinya digunakan untuk menyangga tubuh, tergantikan oleh kursi.

Baca Juga: Ingkar Janji Pada Masa Kampanye, Wali Kota Meksiko Diikat di Pohon Oleh Warganya Sendiri

Akibatnya, ada penurunan penyerapan gula dan lemak di sel tubuh. Ketika dua zat tersebut tidak digunakan tubuh untuk bergerak.

Maka kadar gula darah dan kolesterol akan tinggi dan bisa menimbulkan masalah kesehatan lainnya jika gaya hidup ini diteruskan.

Gaya hidup kurang gerak ini juga bisa meningkatkan risiko obesitas, hipertensi dan penyakit kardiovaskular.

Perilaku kurang gerak ini tidak hanya berakibat pada kesehatan fisik, namun, juga bisa menyerang kesehatan mental.

Baca Juga: Pemerintah Kemana, 6 Desa di Majene Kondisinya Memprihatinkan dan Terisolir

Pelaku sedentary lilfestyle berisiko tiga kali lipat mengalami gejala depresi dibandingkan mereka yang banyak bergerak.

Mereka yang kurang gerak ini juga bisa mengalami masalah finansial karena harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk mengakses layanan kesehatan dan produktivitas kerja terganggu jika sering sakit.

Maka dari itu usahakan untuk tetap berolahraga, bersepeda atau melakukan aktivitas lainnya.***(Yayang Hardita/KabarBesuki.com)

Editor: Putri Amaliana

Sumber: Kabar Besuki


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x